Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lucunya Ujian Kenaikan Kelas Daring Pertama dari Rumah

8 Juni 2020   13:23 Diperbarui: 11 Juni 2020   09:59 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokpri/ISTSiswa Sekolah Dasar tengah serius mengerjakan soal PAT secara online - Sumber Foto: Dokpri/IST

Minggu ini anak sekolah dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) mulai melaksanakan Ujian Kenaikamn Kelas (UKK) atau Penilaian Akhir Tahun (PAT). Karena ketentuan untuk tetap belajar dari rumah (School from Home) belum diubah untuk kembali belajar di sekolah, maka UKK atau PAT kali ini harus dilakukan dari rumah saja secara online.

Ternyata pelaksanaan ujian online bagi beberapa daerah khususnya yang masih memberlakukan kebijakan SFH berlangsung kocak dan menyenangkan untuk dikenang sekaligus dijadikan pengalaman berharga di hari-hari ke depan nanti.

Lihat Juga: Demi Belajar Online, Belasan Siswa Pinjam Ponsel Guru

Berikut pengalaman lucu, seru dan mengesankan tersebut:

Pertama, persiapan dan kekawatiran para guru dan orangtua cukup ribet dan berlebihan. Satu-dua hari sebelum tiba, UKK atau PAT kali ini, nampak kekhawatiran guru dan orangtua cukup besar dan membuat gusar.

Setiap hari guru kelas memberikan arahan mengenai apa saja yang harus dilakukan para siswa pada saat pelaksanaan PAT nanti. Mulai dari jangan sampai salah isi absen online, jangan sampai terlambat bangun pagi dan mulai mengerjakan ujian, mengenai deadline atau tenggat waktu yang tak boleh terlewati. Dan kewajiban bagi para siswa untuk mengenakan seragam sekolah di saat jadwal pelaksanaan PAT tersebut.

Kewajiban untuk mengenakan seragam sekolah meskipun para siswa mengerjakan ujian online di rumah ini cukup menggelitik.

Pasalnya melihat anak-anak mengenakan seragam sekolah lengkap tetapi tidak pergi kemana-mana menjadi cukup lucu. Mereka tetap di rumah saja dan mengerjakan ujian seperti halnya saat mengerjakan tugas harian yang beberapa waktu ini telah mereka kerjakan dalam SFH kemarin.

Meskipun para siswa terkesan agak ogah-ogahan dan merasa kurang nyaman untuk mengenakan seragam sekolah, namun para orangtua harus memaksa mereka untuk mengenakannya.

Sebab, mereka memiliki kewajiban untuk mengirimkan foto anak-anak yang tengah mengerjakan soal-soal PAT dengan mengenakan seragam sekolah ke guru-guru wali kelas mereka.

Konon foto-foto tersebut nantinya akan disusun untuk laporan yang harus diserahkan oleh para guru atau pihak sekolah kepada Dinas Pendidikan Kecamatan sebagai bukti telah dilangsungkannya UKK atau PAT secara online oleh semua siswa.

Kedua, ada kenyataan bahwa orangtua lebih panik dan stres terhadap tekanan yang ada ketimbang anak-anaknya itu sendiri.

Tak bisa dipungkiri dengan pelaksanaan PAT atau UKK secara online tersebut, yang nampak tertekan dan kalang kabut justru orangtuanya. Anak-anak yang sejatinya memiliki beban untuk mengerjakan soal-soal ujian tersebut malah terkesan santai dan tenang-tenang saja.

Para orangtua cenderung nampak panik, kelabakan, dan was-was sendiri atas pelaksanaan ujian yang berlangsung. Kepanikan terlebih pada mereka yang memiliki anak usia sekolah dasar.

Kepanikan tersebut nampak mulai dari ketika harus membangunkan anak, mempersiapkan alat-alat untuk pelaksanaan ujian, membantu mengoperasikan gawai, laptop ataupun komputer, termasuk koordinasi dengan guru wali kelas atau pembimbing.

Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama tengah serius mengerjakan UKK secara daring - Sumber Foto: Dokpri/IST
Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama tengah serius mengerjakan UKK secara daring - Sumber Foto: Dokpri/IST
Untuk anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas, tingkat kepanikan tersebut agak berkurang.

Kemandirian anak-anak dalam berkoordinasi maupun mengoperasikan gawai sudah cukup tertangani oleh mereka sendiri.

Untuk anak-anak pada golongan usia ini, kehkawatiran orangtua lebih pada apakah anak-anak mereka mampu mengerjakan soal ujiannya dan bagaimana nilai yang diraih dari ujian online ini.

Ketiga, kepanikan orangtua juga terjadi pada saat setelah PAT Online selesai dilaksanakan, terutama pada orang tua anak-anak usia SD. Terlihat dari whatsapp group (WAG) yang diikuti guru wali kelas dan orang tua murid, banyak orang tua yang ragu apakah jawaban PAT sang anak sudah terkirim dengan benar ataukah tidak ke server sekolah.

Meski semuanya telah disetting secara daring (online), para orangtua banyak yang kurang yakin sehingga menjadi ceriwis dan banyak bertanya secara konvensional kepada guru wali kelas apakah jawaban ujian sang anak sudah benar-benar terkirim ataukah belum.

Masalah akan segera terselesaikan dengan mudah jika guru wali kelas yang bertanggung jawab terhadap kelas tersebut tidak gaptek dan mampu menjelaskan dengan baik dan mudah dimengerti.

Tak jarang guru wali kelas yang mengampu pun agak gaptek dan sulit untuk menjelaskan dengan jernih.

Akibatnya kepanikan-kepanikan orangtua tersebut bisa menjadi polemik yang berkepanjangan di group WhatsApp yang ada.

Apa pun yang terjadi, memang itulah kenyataan dari pelaksanaan UKK atau PAT online pertama yang digelar di beberapa daerah di Indonesia.

Setidaknya pengalaman selama diberlakukaannya SFH pada PSBB beberapa lama ini, mampu menjadi bekal yang bermanfaat bagi orang tua ataupun anak-anak. Sempurna maupun centang perentang, yang jelas hal ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi dunia pendidikan modern di Indonesia.

Siswa SD tentang mengerjakan ujian online dengan gawai cerdas - Sumber Foto: Dokpri/IST
Siswa SD tentang mengerjakan ujian online dengan gawai cerdas - Sumber Foto: Dokpri/IST
Nampaknya, kalimat yang dijadikan tema atau slogan pada peringatan hari pendidikan kemarin yaitu "Belajar dari Covid-19" sepertinya benar menjadi kenyataan.

Selain memberikan banyak kepiluan dan kesedihan diseluruh pelosok negeri, pandemi Covid-19 juga bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan digital bagi masyarakat Indonesia.

Tanpa terjadinya Pandemi Covid-19 ini, saya yakin tak akan sebanyak ini kalangan orang tua dan siswa yang akhirnya dipaksa untuk melek digital, mengenal beragam aplikasi digital untuk belajar seperti google classroom dan sebagainya.

Semoga di balik luka yang ditebaskan corona pada kita, akan banyak pelajaran berharga yang nanti bisa memberikan manfaat besar bagi kita semua. Tabik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun