Mohon tunggu...
David Rohans R Hutagaol
David Rohans R Hutagaol Mohon Tunggu... Akuntan - I write what i think

My name is David Rohans Rivaldo Hutagaol | An idealistic scatterbrain who loves reading, writing, listening, analyzing and travelling | A banker (someday) | A man with too many questions inside his head, who's interested in politic, music, social and economy |

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengaruh Ekonomi As dan China Terhadap Fluktuasi Nilai Rupiah

16 Oktober 2015   08:39 Diperbarui: 16 Oktober 2015   18:35 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Namun, China jika tujuannya seperti prediksi saya, seharusnya tidak terlalu berlama lama bertahan. Karena hal ini tentunya, dalam jangka panjang akan buruk bagi Indonesia. Karena ekspor unggulan kita adalah sawit dan batubara, tentu kita amat bergantung dengan perekonomian China. Jika mereka tetap ngotot untuk mendevaluasikan mata uangnya dalam waktu yang cukup lama, maka Indonesia benar – benar dalam situasi yang sulit dan untuk dunia international dapat berpotensi untuk currency war.

3. Bank Indonesia

          Sejauh ini saya salut dengan kinerja Bank Indonesia dalam menciptakan stabilitas rupiah dan menjaga inflasi, terutama saya salut dengan Pak Agus Marto selaku Gubernur Bank Indonesia. Banyak orang yang tidak paham mandat Bank Indonesia, sehingga banyak yang menyalahkan Bank Sentral ketika terjadi sesuatu hal yang kaitannya dengan ekonomi.

          Apakah mandat BI? By the way, Kakak kandung saya bekerja di Bank Indonesia. Jadi saya sering sharing dengan Kakak saya masalah ekonomi. Mandat utama BI adalah menjaga stabilitas rupiah dan juga menjaga inflasi. Saya bingung kalau ada orang, baik itu anggota DPR (mewakili pemerintah) ataupun pengusaha yang menyuruh Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Logikanya dimana? BI itu fungsinya menjaga stabilitas rupiah, bukan mengurusi pertumbuhan ekonomi. Kalau BI sempat menurunkan suku bunganya di angka 0,25% menjadi 7,25% dari 7,5%, itu berarti BI menggunakan kebijakan yang dovish, menimbulkan resiko demi menciptakan pertumbuhan ekonomi. Syukurnya Bank Indonesia tidak melakukan hal tersebut dan tetap menjalankan mandat utamanya. Karena jika Bank Indonesia tunduk, maka akan banyak capital outflow. Dan ini sangat berbahaya!

          Belum lagi, Pak Agus Marto belum lama ini disuruh untuk mengurangi independensi dalam mengatasi masalah ekonomi ini dengan tunduk terhadap wacana pemerintah (yang berbau politis, tepatnya pencitraan). Menurut saya pribadi, mengurangi independensi sama aja merusak wajah rupiah. Wong BI independen aja, target inflasi jarang tercapai. Piye toh sampean? Nyuruh lembaga independen untuk tidak independen? What a fucking moron.

          Dalam mengatasi hal – hal yang terjadi, Pak Agus saya lihat cukup tegas dan on the track, sehingga BI tetap menjalankan tugasnya. Yang saya lihat Pak Agus tidak mau kompromi menghabiskan cadangan devisa buat nurunin BI rate demi bayarin utang tuh orang.

          Saya pikir BI harus tetap menjalankan kebijakan moneter yang konsisten dan prudent, sehingga guncangan global yang ditimbulkan oleh ekonomi Amerika dan China yang dapat mempengaruhi kestabilan ekonomi Indonesia, dapat diminimalisir resikonya.

          What to do.

          Saya rasa yang sangat urgensi dilakukan pemerintah adalah memberikan insentif pajak bagi perusahaan yang berpotensi melakukan ekspor. Hal ini sangat dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan ekspor.

          Indonesia harus mulai berbenah dari segi ekspor. Jika kita mulai memberdayakan ekspor dari segi teknologi, dll, sehingga ekspor kita tidak bergantung pada ekonomi China, dimana andalan ekspor kita selama ini masih barang mentah dan setengah jadi. Dan perlu digarisbawahi bahwa Indonesia harus memperbaiki tata kelola impor. Dimana barang yang bisa dihasilkan di dalam negeri, tidak perlu diimpor. Contohnya saja, kedelai.

          Indonesia juga harus mulai berbenah dan meniru pergerakan ekspor China. Dimana mereka melakukan impor, untuk meningkatkan nilai jual pada ekspor mereka. Tidak seperti yang dilakukan Indonesia saat ini, dimana mengekspor barang mentah ataupun setengah jadi dan mengimpor barang jadi. Makanya defisit mulu.

          Saya mengetahui bahwa sebenarnya masalah ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini (khususnya mengenai pelemahan rupiah) lebih kompleks dari apa yang saya tulis. Namun, jika saya menyertakan seluruh faktor dari minyak dunia yg sedang turun, fiskal, additional external factors (such as Malaysia, etc), dan pembahasan current account deficit secara mendalam, dll, mungkin sekarang saya bukan duduk di Tangerang lagi. Melainkan mungkin saya sudah membuat judul artikel saya ini menjadi tesis magister di UI ataupun UGM (Universitas yang saya klaim sebagai Universitas terbaik di Indonesia khususnya Fakultas Ekonominya) ataupun mungkin saya sudah duduk di suatu negara di Eropa dan berbincang dengan Ekonom idola saya (Sri Mulyani Indrawati).

          Tantangan ekonomi Indonesia ke depannya masih berat dan merupakan jalan yang terjal. Fed Funds Rate yang akan naik di akhir tahun ataupun awal 2016 dan menurunnya ekspor yang disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi China, adalah PR bagi pemerintah dan BI. Dan juga dalam mengatasi masalah di akhir tahun nanti terkait bunga utang luar negeri, kebutuhan valas yang meningkat di akhir tahun dan juga tentunya kebutuhan impor di akhir tahun. May BI and Finance Minister can do a tremendous job for that situation. I hope!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun