Rote, dalam mata angin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah pulau terselatan. Kini disebut juga pulau terluar NKRI dan terdepan menghadap ke sisi utara Australia.
Lebih dari satu dekade yang lalu, Rote bersama pulau kecil Ndao yang berpenghuni, telah mekar dari Kabupaten Kupang menjadi Daerah Otonom Baru (DOB) dengan nama Rote Ndao. Masih ada satu pulau yang cukup besar juga yang masuk dalam DOB ini yaitu Ndana. Pulau ini belum dihuni oleh penduduk, kecuali rusa dan satgas keamanan perbatasan. Juga ada pulau-pulau kecil atau batu-batu besar yang tidak bisa dihuni. Salah satunya adalah pulau Herdiana.
Salah satu dari 22 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini, terkenal bukan hanya karena sebagai wilayah terselatan dan melahirkan banyak orang hebat yang berkiprah di tingkat nasional seperti Prof. Ir. Herman Johanes dan Adrianus Moy, akan tetapi juga terkenal dengan pesona wisata baharinya yang eksotis.
Jarak Rote dari Kupang sesungguhnya tidak jauh dan cukup mudah untuk menuju ke sana. Bisa dicapai dengan kapal cepat sekitar 2 jam dan ferry sekitar 4 jam dari pelabuhan laut Tenau menuju Ba'a. Bisa juga menggunakan pesawat udara dari El Tari menuju Ba'a dengan waktu tempuh sekitar 25 menit.
Meski selama ini sering ke Kupang, saya pribadi sebagai warga NTT, belum pernah ke Rote Ndao. Bukan tidak bercita-cita ke sana, namun karena belum ada kesempatan saja.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/tenau-ft-rofdk1-5cc4a09ecc52833a825ff195.jpg?t=o&v=770)
Informasi dan foto-foto yang diunggah oleh teman-teman komunitas Humas NTT yang sedang ada di Rote sejak 23 April 2019, menggugah saya untuk segera ke sana. Bertepatan sedang ada di Kupang, maka saya bersama teman saya Frans Ngara memutuskan ke Rote.
Pagi, kamis 25 April 2019, pukul 07.30 Wita, kami sudah di Dermaga Tenau. Disini kami bertemu dengan dua teman yaitu Yulens dan Dina. Kami sama-sama punya tujuan yang sama.
Rencana kami menggunakan Kapal Cepat "Express Bahari". Namun saat sedang antre untuk membeli tiket, petugas mengumumkan bahwa kapal cepat tidak bisa berlayar hari itu karena angin dan ombak tidak bersahabat untuk pelayaran. Dengan perasaan kecewa kami berempat kembali ke hotel.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/tenau-kapal-ft-rofdk2-5cc4a1153ba7f73f4e22b208.jpg?t=o&v=770)
Sekitar pukul 09.00 Wita, Express Bahari berwarna Kuning mengangkat sauh dan bergegas berlayar meninggalkan Tenau. Tentu saja perasaan kami saat itu sangat gembira, sambil terus berdoa agar tidak ada halangan angin kencang dan ombak yang tinggi.
Dengan fisiknya yang tangguh dan spit kecepatan yang tinggi, akhirnya Express Bahari merapat di pelabuhan laut Ba'a. Kami segera turun dari kapal menuju terminal pelabuhan.
Sebagaimana menjadi kebiasaan saya, saya segera mencari tanah di sekitar terminal pelabuhan, melepas sendal dan menginjakkan kaki kosong di atas tanah. "Saya sudah menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di tana Rote," kataku kepada teman-temanku. Mereka merasa lucu dan tertawa. Ibu Dina segera mengabadikan apa yang saya lakukan.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/baa-dina-5cc4a2383ba7f7585c511652.jpg?t=o&v=770)
Ketika tiba di pelabuhan Ba'a, kami menelpon teman-teman Humas. Ternyata mereka sudah dalam perjalanan dan hampir tiba di Pantai Nemberala yang terletak sisi barat Pulau Rote.
Kami tidak mau buang waktu lagi. Dengan menyewa mobil Inova berwarna hitam, kami langsung melaju menuju Nemberala. Kota kecil Ba'a, ibukota Kabupaten Rote Ndao, yang terletak di pesisir laut sekitar pelabuhan, seolah kami tidak pedulikan siang itu. Maafkan kami kota Ba'a, karena saat itu kami hanya fokus menuju Nemberala saja.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/nemberala-ft-rofdk-5cc4a248cc52831a6658fe43.jpg?t=o&v=770)
Kendati demikian, kami tetap menikmati panorama alam Rote. Lahannya tidak banyak bergelombang, pohon-pohonnya jarang, kecuali beberapa rumpun pohon lontar, tidak terlihat bekas ladang/kebun yang luas dan juga tidak dijumpai habitat hutan. Tapi masih tampak banyak gerombolan sapi merah di padang sabananya.
Dengan laju kecepatan yang cukup tinggi, sekitar dua jam perjalanan, kami tiba dekat Pantai Nemberala. Kami mendapat informasi, setelah kami hubungi, bahwa teman-teman Humas sudah meninggalkan Nemberala menuju Pantai Bo'a.Â
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/boa-ft-rofdk4-5cc4a2973ba7f73e1c08f29b.jpg?t=o&v=770)
Atas informasi tersebut, kami segera menuju Pantai Bo'a, wilayah Kecamatan Rote Barat. Jalan aspal yang sempit dan sudah banyak yang rusak kami abaikan karena sepanjang jalan pesisir pantai ini dipadati oleh pohon kelapa. Meskipun tidak terlalu subur, namun rasa-rasanya seperti berada di dalam rimba kelapa. Suatu pemandangan yang jarang dijumpai di daerah lain di NTT.
Hanya sebentar saja, kurang dari 30 menit, kami tiba di Pantai Bo'a. Di sini kami menjumpai teman-teman Humas sedang asyik mengambil gambar atau selfi layaknya para selebriti. Selebriti lokallah ya!
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/boa-ft-rofdk3-5cc4a2ed95760e05c26bc23a.jpg?t=o&v=770)
Pantai Bo'a ini dikenal juga dengan nama Pantai Asia Pasifik. Mengapa? Karena di bibir pantai ini terdapat Resort Asia Pasifik. Pemilik resort ini juga telah menata bibir pantai tersebut dengan tanaman pohon kelapa dan meratakan permukaan karang tajam dengan tumpukan pasir laut.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/boa-ft-rambuap-img-20190426-wa0030-5cc4a2adcc528307615cb9ec.jpg?t=o&v=770)
Gelombang lautnya yang besar dengan tujuh gulungan ombaknya terkenal dan digemari oleh para wisatawan yang gandrung main sky. Inilah salah satu keunggulannya sehingga Pantai Bo'a juga digelari dengan sebutan Hawainya Indonesia.
Telaga Nirwana
Dari Pantai Bo'a, kami gabung dengan rombongan Humas NTT, yang dipandu oleh Kepala Bagian Umum, Humas dan Protokol Kabupaten Rote Ndao, menuju arah selatan ke Telaga (Lagoon) Nirwana, masih wilayah Kecamatan Rote Barat.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/nirwana-ft-rofdk5-5cc4a33b95760e10d1005a37.jpg?t=o&v=770)
Terik panas matahari masih menyengat kulit saat kami tiba di bibir Lagoon Nirwana. Sungguh pemandangan yang eksotis.
Sumber airnya dari laut, melalui lubang batu di sisi selantannya. Cukup luas, panjangnya hampir satu kilo meter dan lebarnya hampir setengah kilometer.
Airnya jernih berwarna biru kehijauan (toska). Tampak satu dua pohon mangrove tumbuh hijau di dalam airnya, disamping yang menghijaukan sebagian area pinggir kelilingnya.
Uniknya sebagian bibir lagoon ini, tepatnya di sisi baratnya, terdapat pasir putih. Inilah yang menyebabkan lagoon ini sering disebut pula oleh banyak pengunjung sebagai Pantai Nirwana.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/nirwana-ft-rofdk6-5cc4a32ca8bc151de3593725.jpg?t=o&v=770)
Kapal-kapal tersebut sengaja ditempatkan di tengah lagoon, sebagai tempat menginap pemiliknya pada malam hari. Sesekali juga mereka gunakan hanya untuk berkeliling menyusuri keindahan lagoon tersebut.
Pada saat itu kami juga menyempatkan diri kerja bakti membersihkan sampah-sampah plastik yang berserakan di pasir dan sekitarnya di bawah pohon kelapa di sisi barat Lagoon Nirwana.
Setelah mengabadikan Lagoon Nirwana, kami meninggalkannya menuju Pantai Nemberala. Saat itu sinar matahari masih panas.
Pantai Nemberala
Tiba di Pantai Nemberala, wilayah Kecamatan Rote Barat, sebetulnya sudah menjelang sore. Tapi terik sinar matahari masih juga menyengat kulit. Kami berteduh sebentar di bawah pohon kelapa. Sementara teman-teman yang lain, tidak ambil pusing dengan panas terik matahari. Mereka tetap sibuk mengabadikan panorama keindahan Nemberala.
Sebetulnya, pada pagi hari itu, teman-teman Humas sudah mampir di Nemberala. Saat itu mereka masih kerja bakti membersihkan sampah plastik. Setelah mengabadikan pesona indah Nemberala pagi itu, baru mereka menuju ke Pantai Bo'a.
Tujuan mampir lagi di sore itu tidak lain, yaitu untuk menikmati dan mengabadikan pesona indah sunset di Nemberala. Tujuan ini tidak kesampaian karena di Resort Nemberala, banyak tamu wisatawan mancanegara.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/nemberala-ft-rofdk8-5cc4a363a8bc155f223c1d17.jpg?t=o&v=770)
Sebelum meninggalkan Pantai Nemberala, kami masih menyempatkan diri untuk mengabadikannya. Rugi rasanya tanpa mengabadikan pesona indah pantai ini. Dari pantai ini juga kita dapat menyaksikan Pulau Ndao di sisi barat daya.
Pantai Nemberala adalah pantai pasir putih yang sangat luas. Gelombang lautnya besar dan tujuh gulungan ombaknya menjadi daya tarik bagi para wisatawan mancanegara yang gemar olah raga sky untuk memacu adrenalin.
Daya tarik lain pantai Nemberala adalah sebagai habitat pohon kelapa. Seluruh daratan pesisirnya dikatupi oleh rimba kelapa.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/oeng-ft-rofdk9a-5cc4a39ccc52833a825ff197.jpg?t=o&v=770)
Dari Pantai Nemberala kami bergeser ke selatan menuju Pantai Oenggaut. Hampir senja ketika kami tiba di sana. Kami bergegas merapat di hamparan pasir putih. Tak lama kemudian muncullah sunset. Suatu pemandangan indah yang kami nantikan.
Teman-teman pun ramai-ramai mengabadikannya. Puas mengabadikan sunset di pantai ini dan setelah santap malam bersama, kami meninggalkan kawasan pantai barat Rote Ndao dengan perasaan gembira penuh kesan indah dan pesan menarik.
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/baa-ft-rofdk1-5cc4a3cbcc528328e518e897.jpg?t=o&v=770)
Kami melaju menyusuri malam itu kembali ke Kota Ba'a. Sekitar pukul 23.00 Wita baru kami tiba di penginapan.
Kemudian pagi hari, Sabtu 27 April, kami harus meninggalkan Rote Ndao melalui pelabuhan laut Ba'a. Pagi itu kami menggunakan Kapal Cepat "Express Bahari" berwarna Putih. Kami pun tiba kembali di Kupang siang hari itu juga.
Kupang, 27 April 2018
![Foto: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/28/baa-ft-rofdk2-5cc4a409a8bc150a675389ab.jpg?t=o&v=770)