"Usia balita disebut golden age karena masa inilah yang sangat penting bagi perkembangan anak ke depannya"
Pada umumnya balita selalu ingin tahu dengan apa yang ada di sekitarnya. Mereka kerap menanyakan setiap hal yang dianggap baru, "Ibu.. itu apa Bu? Ayah ini apa?" Keadaan seperti ini sangat lumrah pada anak. Â Menyikapi hal tersebut orang tua tidak boleh mengabaikan, jengkel atau kesal pada anak, karena itulah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengeksplor objek yang ada di sekitarnya. Baiknya orang tua menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu dan selalu ajak anak untuk berkomunikasi, karena ini akan berpengaruh terhadap perkembangan sang anak.Â
Berbicara mengenai perkembangan pada anak, seorang psikolog Swiss bernama Jean Piaget (1896-1980) mengemukakan sebuah teori perkembangan kognitif. Menurut Piaget, kognitif merupakan sebuah proses genetik yang didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Sehingga semakin bertambahnya usia, maka susunan sel sarafnya semakin kompleks serta kemampuannya pun juga meningkat.Â
Dalam perkembangan kognitif Piaget membagi empat tahap perkembangan, yaitu :Â
1. SensorimotorÂ
Tahap ini dialami anak usia 0-24 bulan atau 2 tahun. Pada tahap awal ini anak masih terbilang terbatas dalam hal kemampuannya. Anak juga belum bisa mengira-ngira apa yang menjadi keinginan dan kepentingannya, sehingga ia disebut egosentris. Kemampuan yang dimiliki anak pada tahap awal ini diantaranya : Â
- Mengamati suatu objek dengan waktu yang cukup lama
- Mencari rangsangan melalui suara
- Memperhatikan dirinya sebagai makhluk yang berbeda dari objek di sekitarnya
- Mengartikan sesuatu dengan cara manipulasi
2. Pra Operasional
Tahap selanjutnya yang dialami anak usia 2-7 tahun. Ciri utama kemampuan kognitif anak pada tahap ini adalah mulai berkembangnya konsep intuitif serta penggunaan simbol. Namun tahap pra operasional ini ternyata terbagi menjadi dua, yakni : Â
a. Pra Operasional (2-4 tahun)
Anak sudah mampu mengembangkan konsepnya dengan bahasa sederhana yang sering mengalami kesalahan dalam memahami suatu objek. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
- Mampu mengumpulkan benda berdasarkan kriterianya
- Mampu mengelompokkan benda tunggal dan mencolok
- Mampu berhitungÂ
b. Intuitif (4-7 tahun)
Anak mendapat pengetahuan berdasarkan kesan yang sedikit abstrak. Anak sudah mampu menyimpulkan, namun belum bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Ciri-ciri anak pada tahap ini diantaranya adalah :
- Mampu menuangkan ide yang ada di pikirannya
- Mampu mengenali secara logis hal-hal yang lebih rumit
- Mampu mengategorikan objek
3. Operasional Konkret
Tahap yang dialami anak usia 7-11 tahun. Kemampuan yang dimiliki sudah cukup banyak, diantarnya :Â
- Mampu mengelompokkan objek ataupun situasi tertentu serta mengurutkan sesuatu
- Meningkatnya kemampuan mengingat dan berpikir logis
- Mampu memahami konsep sebab akibat secara sistematis dan rasional
- Berkurangnya sikap egosentrisme secara perlahan
- Mampu belajar membaca dan berhitung
4. Operasional Formal
Tahap ini dimulai pada anak usia 11 tahun atau tahap memasuki pra remaja. Anak pada usia ini memliki ciri-ciri diantaranya :
- Mampu mengambil kesimpulan dari informasi yang diperoleh
- Mampu menguasai penalaran
- Mampu memahami konsep yang bersifat abstrak
- Mampu melihat realitas yang terkadang bisa abu-abu, tidak melulu hitam dan putih. Kemampuan tersebut sangat penting karena akan membantu anak melewati masa peralihan dari fase remaja menuju fase dewasa.
Piaget juga menyimpulkan beberapa konsep proses perkembangan, di mana proses tersebut digunakan anak dalam mengetahui serta memahami dunia mereka.Â
Sebuah kemampuan anak dalam menggali apa yang ada di lingkungannya serta menjadikan dasar bagi pengetahuan yang akan diperoleh di kemudian hari. Piaget menyebut ini adalah skema. Lebih sederhananya skema adalah struktur kognitif yang digunakan untuk adaptasi dengan lingkungan dan menata lingkungan secara intelektual.Â
Kemudian ada asimilasi yang merupakan suatu proses kognitif, di mana anak mengintegrasikan stimulus ke dalam skema yang sudah ada. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema, namun berpengaruh pada pertumbuhan skema. Dengan proses ini anak secara kognitif akan mengadaptasi diri serta menata lingkungannya.Â
Selanjutnya adalah akomodasi, di mana pada proses ini tercipta sebuah skema baru atau mengubah skema lama. Proses asimilasi dan akomodasi ini terjadi secara bersamaan ketika anak melakukan penyesuaian dengan lingkungannya. Antara asimilasi dan akomodasi akan memunculkan keseimbangan, sehingga apabila sudah tercipta sebuah keseimbangan dan keserasian maka akan sampailah pada keadaan ekuilibrasi. Â
Orang tua memang perlu mengetahui serta memantau setiap proses perkembangan kognitif anaknya. Kemudian jalinlah hubungan komunikasi yang baik dengan anak, supaya anak tidak merasa terabaikan dan diharapkan perkembangan anak menjadi lebih optimal untuk ke depannya.