Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Polisi Juga Manusia Biasa Seperti Kita

18 Februari 2012   13:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:29 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_161969" align="aligncenter" width="614" caption="Berdiri sepanjang hari demi mengatur lalu lintas"][/caption] "Priiit..." Suara peluit seorang polisi sambil melambaikan tangannya kepada seorang pengendara sepeda motor untuk segera menepi. Dari dekat terlihat seorang pria yang mengendarai motor bebek tampak garuk-garuk kepala, sambil mengangguk tak berdaya. Setelah saya cari tahu selanjutnya, ternyata pengendara motor itu tadi menerobos lampu merah dari arah Grogol menuju ke arah Slipi yang sangat berbahaya, karena dari arah berlawanan sedang melaju banyak kendaraan menuju Tomang. Usai mencatat di sehelai kertas tilang, tanpa basa-basi pengendara itu langsung menjalankan motornya kembali dengan wajah kusut. Sementara sang polisi yang barusan menilang hanya bisa geleng-geleng kepala, tak kuasa melihat aksi pengendara tersebut yang melanggar peraturan lalu lintas hingga hampir menimbulkan kecelakaan. Tiba-tiba saja saya langsung dihampiri oleh seorang polisi yang wajahnya penuh berewok dengan mengendarai sepeda motor patroli. Sambil menanyakan apa yang sedang saya lakukan saat itu, beliau segera mengajak saya untuk masuk dalam pos. Saya yang awalnya deg-degan karena lupa meminta izin untuk memotret di daerah yang terkenal akan keangkerannya bagi pengendara kendaraan, yaitu perempatan Tomang. Akhirnya masuk juga untuk meminta izin, walau telat namun tetap berusaha untuk menjelaskan maksud kedatangan saya di daerah kolong jembatan layang Tomang. Ternyata apa yang saya bayangkan tentang polisi di kawasan tersebut yang terkesan sangar, gahar, galak plus menyebalkan akibat mendengar cerita beberapa kawan yang pernah ditilang, kini menjadi luntur. Beberapa polisi, baik yang tua maupun muda dengan sopan menanyakan maksud kedatangan serta aktifitas saya yang asyik memotret di jalan raya. Sebenarnya sebelum menepikan sepeda motor persis depan pos, saya hendak meminta izin terlebih dahulu kepada mereka, namun karena saat itu kebetulan melihat seorang polisi sedang menilang pengendara sepeda motor, akhirnya saya menjadi kelupaan. Saya pun menjelaskan maksud kedatangan saya di perempatan lampu merah Tomang itu hanya untuk mencari gambar polisi yang sedang menilang pengendara kendaraan, sambil memperhatikan apakah benar salah pengendara itu sendiri atau hanyalah aksi akal-akalan polisi yang memang sedang mencari kesalahan dari pengendara yang lewat. Dengan tersenyum, mereka pun menjelaskan bahwa tugasnya sebagai polisi adalah melindungi dan mengayomi masyarakat, jadi tidak mungkin bisa untuk sengaja mencari-cari kesalahan yang sebenarnya tidak salah dari pengendara. Kecuali kalau memang pengendara itu sendiri yang salah seperti melanggar lalu lintas dengan menyerobot lampu merah sebelum benar-benar berwarna hijau. Atau biasanya ada saja kelakuan dari pengendara kendaraan yang sengaja lewat dengan tidak memakai helm, tidak menyalakan lampu besar dan tidak dilengkapi dengan spion. Kalau itu sih menurut saya wajar salah, saya juga dulunya begitu bahkan sampai sekarang ini masih sering berlaku alpa atau lupa baik sengaja maupun tidak. Kemudian saya juga menanyakan tentang prilaku polisi di jalan raya terutama di perempatan Tomang itu yang acap kali saya lihat sering marah-marah kepada pengendara yang lewat. Sambil menghela nafas dalam-dalam, seorang polisi dengan pangkat Bripka (Brigadir Kepala) lalu menerangkan bahwa dalam keadaan tertentu adalakanya polisi merasakan kejenuhan saat bertugas di jalan yang penuh macet dan debu. Apalagi harus mengatur lalu lintas di kawasan tersebut yang terkenal akan kemacetannya di empat penjuru, karena lokasinya yang ditengah-tengah Ibukota. Ke utara menuju kawasan Grogol - Kota yang dipenuhi beberapa mall serta perguruan tinggi, lalu di selatan merupakan pusat kota dengan jalan Gatot Subroto hingga Semanggi. Beralih ke Timur, kawasan Tomang yang jalannya menyempit hingga menuju Harmoni dan Istana Negara. Lalu sebelah baratnya adalah jalan tol yang menghubungkan Jakarta - Merak, sekaligus pintu gerbang dari luar kota menuju Jakarta yang sudah pasti sangat dipenuhi kendaraan hingga menyebabkan kemacetan. Nah, pas keadaan semrawut, macet laju kendaraan tidak bisa gerak sama sekali, hingga membuat beberapa polisi yang menjaga di kawasan tersebut harus pontang-panting untuk memberi solusi terbaiknya. Hingga terkadang harus membiarkan pengendara lain jalan terlebih dahulu meski lampu masih merah, serta menyetop dari arah berlawanan yang masih lampu hijau demi meminimalisir kemacetan. Tanpa disadari hal seperti inilah yang menimbulkan ketidak sabaran dari pengendara, hingga saling serobot dan tidak mengindahkan petunjuk dari polisi tersebut yang lantas saja menjadi geram karena merasa disepelekan. Belum lagi bahaya untuk kesehatan anggotanya yang setiap hari harus menghirup udara kotor akibat pembuangan gas kendaraan, meski ini adalah tugas tetap saja mempengaruhi kondisi fisik polisi yang sedang jaga. Jadi, terkadang karena beberapa faktor tersebut yang menyebabkan polisi terlihat marah-marah saat bertugas tanpa kita sedari sebagai pengguna jalan. Mendengar penuturan dari beberapa polisi langsung di tempat mereka bertugas, saya pun akhirnya mengerti bahwa tidak mudah menjadi seorang polisi terutama saat sedang tugas di lapangan. Sebab, mereka juga manusia biasa yang tentunya sama seperti kita yang terkadang mempunyai rasa kesal dan amarah. Belum lagi saat menyaksikan di siang hari ketika panas matahari membikin gosong kulit, atau sewaktu turun hujan dengan pakaian seadanya pun harus tetap menjalankan tugas meski setelah sampai rumah mereka jatuh sakit hingga harus dikerokin oleh istrinya... Setelah hampir dua jam melihat aktifitas mereka secara langsung plus berbincang-bincang dengan beberapa anggota yang sedang bertugas. Saya akhirnya mengerti akan sikap polisi di lapangan, yang terkadang pun bisa berbuat salah, karena mereka juga manusia biasa dan sama seperti kita...

*    *    *

[caption id="attachment_161970" align="aligncenter" width="614" caption="Mereka pun sama seperti kita, suka tertawa, bercanda, kesal maupun marah..."]

1329566865975830501
1329566865975830501
[/caption]

*    *    *

[caption id="attachment_161973" align="aligncenter" width="614" caption="Melanggar lalu lintas karena meyerobot lampu merah adalah wajar ditilang, sebab bisa membahayakan orang lainnya dari arah berlawanan"]

13295674481378916041
13295674481378916041
[/caption]

*    *    *

[caption id="attachment_161971" align="aligncenter" width="614" caption="Seorang polisi menjelaskan panjang lebar mengenai tugasnya di lapangan"]

13295671431882675362
13295671431882675362
[/caption]

*    *    *

[caption id="attachment_161972" align="aligncenter" width="614" caption="Meski sering salah, namun polisi tetap polisi yang tugasnya mengayomi dan melindungi masyarakat"]

13295672801485459838
13295672801485459838
[/caption]

*    *    *

*    *    *

Djembatan Lima, 18 Februari 2012 - Choirul Huda (CH)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun