Mohon tunggu...
Muhamad Rodin
Muhamad Rodin Mohon Tunggu... Aktivis Pulau Seribu / Aktivis HMI / Aktivis GPII / Aktivis Pemuda Nusantara

Aktivis Pulau Seribu / Kader HMI dan Kader GPII, Serta Pejuang Politik. Menulis Adalah Bagian Dari Ikhtiar Perjuangan dan Senjata Perubahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

80 Tahun Merdeka: Mengawal Presiden 08, Menguji Janji Proklamasi

17 Agustus 2025   11:39 Diperbarui: 17 Agustus 2025   11:39 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Muhamad Rodin - Aktivis Pemuda Nusantara

Delapan puluh tahun kemerdekaan Indonesia adalah momen refleksi besar, bukan sekadar seremoni tahunan. Usia matang ini menuntut kita untuk bertanya: apakah cita-cita Proklamasi benar-benar sudah diwujudkan? Para pendiri bangsa menitipkan visi luhur---kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan keadilan sosial. Itu adalah fondasi agar Indonesia berdiri tegak di tengah dunia, bukan menjadi penonton di tanah sendiri.

Kini, estafet sejarah berada di tangan Presiden ke-8, Prabowo Subianto. Sejak dilantik, arah kebijakan negara mulai diarahkan lebih strategis. Program ketahanan pangan dikebut agar Indonesia tidak lagi bergantung pada impor. Hilirisasi sumber daya alam diarahkan untuk memberi nilai tambah di dalam negeri. Modernisasi pertahanan pun terus digencarkan sebagai upaya menjaga kedaulatan. Bahkan dalam diplomasi, Indonesia tampil lebih percaya diri, menegaskan posisinya sebagai kekuatan penting di kawasan.

Tetapi, refleksi 80 tahun kemerdekaan tidak boleh berhenti pada pencapaian. Pertanyaan kritis tetap harus diajukan: apakah pembangunan sudah menyentuh rakyat kecil di pelosok, pesisir, dan daerah 3T? Apakah pertumbuhan ekonomi benar-benar adil, atau masih terkonsentrasi di kota-kota besar? Apakah birokrasi yang lamban dan korup sudah dibenahi, atau hanya diperindah di permukaan? Tanpa jawaban nyata, visi besar hanya akan menjadi jargon politik.

Karena itu, bangsa ini perlu bersatu mengawal pemerintahan Presiden 08. Kritik tetap diperlukan, namun harus strategis, matang, dan solutif---bukan sekadar menjatuhkan. Pengawalan publik akan memastikan program pembangunan tidak digembosi oleh kepentingan sesaat atau sabotase politik. Sebab tantangan menuju Indonesia maju bukan hanya ada di luar, tetapi juga di dalam negeri.

Delapan puluh tahun lalu, kemerdekaan ditebus dengan darah dan air mata. Hari ini, menjaga kemerdekaan berarti mengawal pemerintahan agar konsisten pada cita-cita pendiri bangsa. Kemerdekaan bukan hanya milik masa lalu, tetapi janji untuk masa depan.

Dengan rakyat yang bersatu, kritis, dan setia pada tujuan bersama, pemerintahan Presiden 08 dapat menjadi babak baru menuju Indonesia yang adil, makmur, dan bermartabat. Inilah saatnya kita tidak hanya merayakan kemerdekaan, tetapi mengisinya dengan kerja nyata: bersatu, mengawal, dan memastikan Indonesia benar-benar maju untuk semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun