Jika luka adalah bahasa, mungkinkah disetiap detik aku terus berteriak diam-diam?
Aku dan kamu yang terus berteriak ditengah gemuruh nya suasana hati.
Rintik air mata yang tak tahan mengumpat di balik kelopak mata kita berdua, gugur perlahan.
Jika rasa sayang dapat ditakar dalam kata, akankah kita sanggup bertahan dalam retaknya hati?
Pada akhirnya, mungkin kita akan paham.
Bahwa cinta bukan hanya sekedar saling mendengar, melainkan menyelami dalamnya hati.
Bagiku yang masih awam perihal asmara, ia ku pandang bagai lelaki yang elok dan nirmala.
Kita belum mampu saling mengerti, bukan karena cinta yang tak ingin tumbuh, melainkan karena kita yang belum tahu bagaimana cara menyiramnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI