Mohon tunggu...
ROBERTUS DARVINO KARNO
ROBERTUS DARVINO KARNO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lahir pada bulan November, tanggal 15, 1993. Menyukai pemikiran Herakleitos tentang Pantha Rei. Bahwa sesuatu itu mengalir dan dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kata Hati Part 1 - Dyari Tentang Perjalanan ke Pulau Samosir

31 Maret 2022   22:52 Diperbarui: 5 April 2022   20:29 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Lampu Malam di Hotel Horas Abadi. Dokpri

Pertama kali datang ke Siantar saya begitu kaget menjumpai para pengguna jalan yang melambung dari sisi kiri meski harus keluar dari badan jalan. Di persimpangan yang terpajang lampu lalu lintas banyak orang tidak menghentikan kendaraan, “lampu merah tanda berani”. Itu berarti trafick light terkadang hanya menjadi pajangan saja. Saya juga sering menemui para pengendara yang keluar masuk gang se-enaknya. Hal itu beberapa kali kualami dan hampir celaka. Tak heran orang yang berlama-lama di kota ini akan memiliki skil kemudi yang tangguh dan lihai.

Selepas pisah dari Kota Pematangsiantar, kami memasuki kawasan hutan sawit dan selanjutnya membelah lebatnya hutan lindung dengan pohon-pohon besar yang tinggi menjulang. Hutan ini adalah kawasan observasi milik Pemerintah Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara. Semuanya masih sangat asri. Di pinggir jalan dapat dijumpai segerombolan binatang hutan seperti monyet yang sesekali waktu turun ke jalan untuk mencari makanan. Udara yang diproduksi hutan ini sangat segar. Benar kata orang “hutan adalah jantung dunia”. Saya menghirup udara yang sangat sejuk di zona ini.

Jalanya berkelok-kelok. Beberapa titik krusial membutuhkan skil berkendara yang mumpuni agar tidak celaka. Kehati-hatian berkendara sangat dibutuhkan karena etika kemudi para driver di sini sangat berbeda dengan yang kulihat di tempat-tempat lain.

Angin segar sangat berasa, menggelitik pori-pori kulit ketika kami memasuki Area Wisata Danau Toba. Perlahan kami makin mendekat hingga akhirnya bisa menatap dengan jelas panorama danau Toba yang begitu menawan. Mataku terbelalak menyaksikan bentangan danau yang sangat indah. Air-nya bening dan tenang hingga langit biru terpantul begitu jernih di permukaannya.

Aku berdecak kagum tanpa menghiraukan kendaraan yang datang silih berganti berebutan badan jalan. Memasuki area ini harus lebih berhati-hati karena jalan semakin sempit diapiti jurang curam tersusun dari batu-batu cadas dan tebing dengan pohon-pohon yang tinggi menjulang. Laju keretaku (sepeda motor) sengaja diperlambat dengan sedikit mengambil sisi terluar jalan dengan maksud agar aku bisa menyaksikan keindahan danau toba

Kami lalu berhenti di salah satu sisi jalan dan memarkir sepeda motor dengan agak jauh dari badan jalan. Tepat di atas sebuah batu yang tingginya kurang lebih 50 cm aku berdiri menatap pesona danau Toba yang menakjubkan itu. Kedua bola mataku bergerak dari satu arah ke arah yang lain menyusuri bentangan danau dan perbukitan yang begitu cantik dan apik. Setelah mengambil beberapa gambar kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Ajibata, Parapat. Tugu say welcome dengan tulisan “selamat datang di Kabupaten Samosir” menjadi tanda pemisah antara pulau Sumatra dan Pulau Samosir, meski pemisah yang sesungguhnya adalah danau toba. Itu berarti anda harus mengatakan sayonara.

Kini kami telah berpisah dengan kabupaten Simalungun dan mulai mengukir jejak di wilayah teritori Kabupaten Samosir. Dalam tata ruang Provinsi Sumatra Utara, kabupaten Samosir ternyata mulai dipetakan sejak dari pelabuhan Ajibata. Perpisahan memang tak mengenakan. Tetapi anda harus berani mengambil pilihan itu jika mau mengeksplorasi hal-hal baru.

Kami memasuki gerbang pelabuhan Ajibata disambut petugas gerbang yang sangat baik hati. Rasa penasaranku selama ini tentang danau Toba akan terjawab. Kini aku bisa menatap danau ini dari jarak yang begitu dekat. Teringat materi sekolah dasar yang dulu diajarkan oleh guru sejarah dulu saat duduk di bangku kelas V SD. Bahwa danau Toba merupakan salah satu danau yang paling besar di Indonesia. Waktu itu tak sedikit pun terlintas dalam benakku bahwa suatu saat nanti aku bisa menginjakkan kaki di danau toba. Beberapa ekspetasi muncul di benakku. Aku akan bangun esok pagi, mencuci daki di mataku dengan air danau toba. Aku akan ngopi pagi di sambil berjemur di bawah mentari pagi. Dan sore harinya ngopi sembari memancing ikan atau ngopi sambil menatap mentari dipinang malam bernama senja dari salah satu sisi yang paling eksotis di tepi danau Toba ini.

Setelah membeli dua eksemplar tiket kapal dengan harga Rp. 20.000 per orang kami pun memiliki ijin resmi untuk menyeberang ke pulau samosir. Tiketnya murah, sudah termasuk kendaraan.

Bang, apakah ada pemeriksaan sertifikat vaksin? Tanyaku pada salah satu petugas pelabuhan.

Enggak bang. Jawabnya datar sembari mengatur kendaraan yang keluar dan masuk areal pelabuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun