Mohon tunggu...
KASWORO
KASWORO Mohon Tunggu... Buruh - Adigang adigung Adiguna

Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu Bersenang-senang kemudian Semarang, 30 April 1972

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bengkel Kecil nan Tengil

18 Oktober 2020   00:51 Diperbarui: 19 Oktober 2020   22:42 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mas, karburator minta diganti !", seru seorang mekanik kepadaku.
"Apa harus diganti ?" tanya ku
"Ya..mas, sudah kayak gini", seru lagi sambil memperlihatkan karburator motorku yang sangat kotor.
"Pasti itu penyakitnya, mas?", tanyaku lagi karena ragu.
"Ya...", jawabnya, kemudian aku membeli satu blok karburator seharga hampir  dua ratusan.
**
Motor tuaku memang selalu menemani kemanapun aku pergi, tapi beberapa hari ini menunjukkan gejala ada yang tidak beres pada mesin. Mulanya sangkaku karena businya, setelah aku ganti businya, sepertinya sudah beres. Dua mingguan setelah diganti busi, gejala hendak mogok terasa lagi. Puncaknya pada tanggal 25 September 2020, motor mogok hingga tiga kali. Aku sampai kecapean karena mengengkel untuk menghidupkan mesin motorku. Sesampai di rumah aku menjadi resah, memikirkan motorku yang mulai mogok terus. Aku duduk termenung, hingga istriku bertanya kepadaku.
"Kenapa ?"
"Motorku mogok terus, aku mau ke bengkel" jawabku. Bergegas aku ganti pakaian, dan meluncur ke bengkel langgananku.
Di sana suasana bengkel sepi, aku melihat sang mekanik tampak sedang santai sambil minum es yang dibungkus plastik. Motorku langsung aku parkir di atas trotoar supaya segera diperbaiki.
"Motorku kok sering mogok kenapa ya, " seruku pada sang mekanik, " padahal businya baru saja aku ganti ! "
"Olinya minta ganti kali !", respon sang mekanik itu.
" Olinya baru bulan kemarin aku ganti ", jawabku
"Kalau begitu di servis", katanya
Motorku mulai dibongkar, untuk diservis dan aku menunggu di kursi plastik yang disediakan oleh toko bengkel itu.
Toko bengkel ini sudah menjadi bengkel langgananku sudah lama sekali, tepatnya sejak aku belum menikah atau pertama tama aku mempunyai motor. Pemilik bengkel orang keturunan Tionghoa sepasang suami istri yang mengelola toko sekaligus bengkel itu. Disana ada beberapa mekanik yang bekerja melayani konsumen. Kalau empat mekanik mungkin ada, jadi kesannya rebutan kalau ada konsumen yang datang.
Seperti pada siang itu, setelah karburator motorku dilepas, sang mekanik itu memanggil aku, supaya aku mengganti saja karburator motorku. Setelah beberapa saat aku membeli karburator baru dan memberikan kepada mekanik itu. Mekanik itu juga menyuruh aku membeli busa saringan, aku memesan busa, namun penjual itu menawarkan busa yang murah dan busa yang asli. Selisih harga kedua busa itu sangat jauh, yang murah cuma delapan ribu, sedangkan busa yang asli mencapai tiga puluh ribu rupiah. Tapi aku langsung memilih yang asli saja mengingat fungsi busa itu untuk melindungi dari debu-debu yang masuk kedalam mesin. Busa itu kuberikan dan dipasangkan. Tidak sampai satu jam motorku sudah beres, dan aku pulang setelah membayar harga onderdil dan ongkos jasa perbaikan sebesar dua ratus lima puluh ribuan.
**
Seminggu kemudian, tepatnya tanggal 2 Oktober 2020, aku kembali ke bengkel itu lagi karena motorku tidak menjadi baik malah lebih parah dari sebelumnya. Disana aku ketemu dengan mekanik kedua, karena mekanik yang pertama menangani motorku belum datang.
"Gimana, mas ?", tanya mekanik kedua ini kepadaku sambil membetulkan posisi motorku.
" Motorku tambah parah, padahal sudah ganti karburator", seruku padanya.
" Baiklah mas, nanti saya lihatnya dahulu", katanya lagi "karburatornya yang lama tidak dibawa?"
" Tidak" , jawabku
" Kapan-kapan, karburatornya dibawa ke sini nanti aku beli", katanya setengah berbisik.
Mekanik kedua ini memintaku supaya menemaninya didekatnya, sementara ia membongkari motorku sambil terus bercerita banyak hal. Seingatku ia kurang setuju dengan cara kerja temannya yang telah mengganti karburator motorku, tanpa mengecek kerusakannya.
"Apanya yang rusak...mas?", tanyaku
"Ini sementara aku cek, pengapiannya dulu", jawabnya sambil membuka busi, dan mengecek loncatan bunga api dari kabel busi.
"Sangat kecil, spulnya minta ganti" katanya, " ini nanti saya cek dulu menggunakan spul punyaku".
Setelah itu ia sibuk membongkar spul motorku, mengganti memakai spulnya dan hasilnya percikan api yang dihasilkan cukup besar. Hal ini menambah kenyakinannya untuk mengganti spul motorku. Bergegas aku membeli spul ketoko, harganya seratus enam puluhan ribu. Disamping spul yang diganti beberapa ring disekitar spul juga aku ganti, karena olinya bocor melalui daerah spul, sehingga sekitar spul basah.
Sekitar kurang lebih dua jam, selesai sudah perbaikan motorku dengan biaya hampir setengah juta. Dengan kejadian ini aku tetap positif thinking, dan berharap semoga kendaraanku menjadi awet dan jarang masuk bengkel lagi. Aku juga berfikir bukankah motorku jarang masuk ke bengkel kecuali untuk ganti kampas rem atau ganti laker.
KRANGGAN, 18 OKTOBER 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun