Tiba-tiba, Selasih menghentikan laju kudanya, ia turun dan berpura-pura memeriksa kaki kuda tunganggannya. Inderanya sedari tadi mengirim sinyal waspada. Dalam waktu yang singkat, Selasih menghitung jumlah penguntitnya. Ia pun merasakan gerak gerik para penguntitnya semakin mendekat, dan semua bersenjata, meski belum ia ketahui bentuk dan jenisnya.
Ketajaman pendegarannya menangkap lirih suara dentingan logam, meskipun para penguntit itu menyamarkan dengan ilmu gerak ringan tubuh yang tinggi, bagi telinga orang biasa kelebat bayangan itu terdengar seperti desau angin, tapi tidak dengan Selasih.
(bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI