Mohon tunggu...
Arief Riady
Arief Riady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Sosial - Gemstone Lover

1 + 1 = ~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Covid-1, Covid-19, Media Sosial dan Rivalitas kekuasaan

30 Maret 2020   21:56 Diperbarui: 2 Juli 2020   19:46 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wabah pandemi virus Novel corona ( noted : covid-19, corona virus disease-2019 ), tidak hanya membuat kepanikan di sebagian besar masyarakat dunia, tapi juga terbukti secara klinis membuat heboh masyarakat di negeri ini. 

Betapa tidak heboh, hampir disetiap lapisan masyarakat membicarakan virus Corona ini melalui media sosial dan obrolan pinggir jalan. Karena sering dibahas, akhirnya banyak dari masyarakat yang khawatir dan panik akan terkena dampak langsung dari wabah penyakit ini.

Bagi masyarakat umum, harapan mereka untuk dapat menanggulangi dampak penyebarluasan wabah pandemi virus tentunya di mandatkan sepenuh nya  kepada pemimpin negeri ini.

Walaupun nanti kenyataan dalam penerapan nya di lapangan sudah pasti harus melibatkan peran serta masyarakat luas untuk bersama-sama melakukan pencegahan dan penangkalan agar wabah virus tidak semakin menyebar luas.

Kalau ingat masa lalu, negeri ini dulu pernah mengalami beberapa kali serangan wabah pandemi penyakit yang disebabkan oleh virus. Sebut saja tahun 2003, saat itu wabah pandemi virus SARS ( noted : Severe Acute Respitory Syndrom, penyakit/sindrom pernafasan parah akut, yang juga disebabkan oleh virus corona ). Lalu di sekitar tahun 2005, Indonesia juga di bombardir oleh serangan wabah virus penyakit Avian Influenza ( noted : AI, yang terkenal dengan nama flu burung, dan disebabkan oleh virus H5N1 ). Kemudian di tahun 2009, negeri +62 ini kembali diserbu oleh wabah virus penyakit yang juga menjadi pandemi di seluruh dunia, yaitu virus MERS ( noted : Middle East Respitory Syndrom, penyakit/sindrom pernafasan Timur Tengah, yang juga sama penyebab nya yaitu virus corona ). Ini belum termasuk kasus-kasus serangan wabah penyakit yang juga pernah mampir di Indonesia, seperti wabah virus flu Hongkong dan wabah virus flu Babi.

Baiklah, kembali ke laptop. Secara normal, naluri masyarakat umum, disaat terjadi nya kejadian luar biasa wabah pandemi virus penyakit, yang mereka inginkan tentunya keadaan dan situasi yang kondusif, tenang dan aman. Jika dilihat dari data dan pengalaman masa lalu, saat terjadi nya wabah pandemi virus SARS ( 2002-2003 ), Flu burung ( 2005-2007 ) maupun MERS ( 2009 ), masyarakat luas secara umum tidak mengalami gejolak sosial yang berarti, mereka tidak terlalu khawatir yang berlebihan apalagi sampai panik.

Mereka menyikapi nya dengan kewaspadaan yang sangat-sangat wajar, jauh dari kepanikan dan kekacauan mental ( noted : paranoid ). Tidak pernah ditemui pada saat itu masyarakat yang kesulitan mencari masker di pasaran, panic buying terhadap hand sanitizer, alkohol murni, disinfektan, bahan-bahan makanan,  dan bahkan sampai menutup rumah-rumah ibadah di lingkungan masyarakat.

Masyarakat pada masa itu juga tidak latah dan tidak ikut-ikutan heboh dengan ribut teriak-teriak menyuarakan lockdown. Padahal belum tentu juga paham apa lockdown itu, hehe. Asal anda tahu saja, wabah virus saat itu ( noted : SARS/Flu burung/dan MERS ) pun masuk dalam kategori extraordinary masif pandemic atau KLB ( noted : Kejadian Luar Biasa ). Walaupun jika dilihat dari data grafik percepatan dampak penyebaran, virus corona 19 saat sekarang ini lebih cepat dan banyak orang yang dilaporkan terkonfirmasi positif, dibandingkan data wabah pandemi virus sebelum nya. Namun kenyataan nya wabah pandemi virus pada saat itu, SARS/Flu burung/MERS memiliki tingkat fatalitas kematian yang lebih tinggi dibanding saudara nya virus corona 19 sekarang.

Beda masa tentu saja berbeda juga cara metode kepemimpinan nya. Berbeda dalam arti yang sangat luas. Tentu saja berbeda manusia nya, berbeda cara memimpin nya, berbeda karakter pribadi nya, berbeda visi misi nya, berbeda arah kebijakan nya dan berbeda rivalitas elit nya sampai akar rumput nya. Hehe.

Sangat sederhana sebenarnya memetakan keadaan yang kurang lebih sama antara saat itu dan sekarang dalam menangani wabah pandemi virus penyakit. Dari yang sudah disebutkan di atas, paling tidak dapat mendapatkan sedikit petunjuk, apa saja yang membuat, saat itu dan sekarang berbeda sangat mencolok dalam hal melakukan penanganan nya.

Sedikitanya ada dua faktor yang sangat berpengaruh penting kepada implementasi cara penanganan kasus wabah pandemi virus penyakit saat itu dan sekarang. Dua faktor ini lah yang menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam hal dampak kepada perilaku masyarakat dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun