Melawan bullying membutuhkan keberanian. Korban perlu didukung untuk berani bersuara, sementara saksi dan teman sebaya juga berperan penting untuk tidak diam saja. Karena dengan diam saja berarti secara tidak langsung juga mendukung bullying, Diam berarti membiarkan kekerasan terus terjadi. Gerakan bystander intervention --- dimana seseorang yang melihat kejadian bullying berani menghentikan dan melaporkannya --- dapat menjadi solusi yang efektif untuk memutus rantai kekerasan ini.
Di era digital, setiap dari kita juga bisa berkontribusi dengan menggunakan media sosial secara bijak. Jangan mudah menyebarkan ujaran kebencian atau ikut-ikutan mempermalukan orang lain. Sebaliknya, mari kita gunakan teknologi untuk menyebarkan kebaikan, motivasi dan dukungan positif.
KesimpulanÂ
Terkadang senyum yang tampak di wajah seseorang belum tentu mencerminkan hatinya. Dibalik senyum itu bisa saja ada cerita pilu karena bullying, dibalik senyum yang selalu terpancar bisa saja hanya menjadi topeng yang menyembunyikan luka batin mendalam, dan dibalik tawa yang menggema bisa saja ada mental dan hati yang rapuh. Oleh karena itu, mari kita ciptakan lingkungan yang aman, ramah dan penuh kasih sayang. Bullying bukanlah persoalan kecil, melainkan masalah besar yang dapat merusak generasi. Bullying juga bukan ajang untuk keren-kerenan, karena bullying dapat merenggut masa depan seseorang. Dengan kepedulian bersama, kita dapat menghentikan rantai bullying dan mengembalikan senyum tulus di wajah
 mereka yang sempat ternoda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI