Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Fajar Utomo
Muhammad Rizky Fajar Utomo Mohon Tunggu... Lainnya - Personal Blogger

part-time dreamer, full-time achiever | demen cerita lewat tulisan | email: zawritethustra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

#kubukabukuku Gerakan Feminis Lesbian: Studi Kasus Politik Amerika 1990-an

15 Mei 2022   18:45 Diperbarui: 12 Juni 2022   09:23 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pasca gerakan separatis yang dilakukan oleh feminis lesbian dan kembali menemukan puncaknya pada tahun 1980-an awal, perjuangan mereka diwarnai dengan dua isu utama, yaitu AIDS dan Keluarga Lesbian. Pada masa itu, AIDS merupakan penyakit yang banyak diderita oleh kaum gay karena gaya hidup dan kebiasaan seks yang mereka lakukan, sehingga pada masa yang sama homoseksualitas merupakan momok bagi masyarakat Amerika; terlebih lagi setelah meninggalnya aktor Rock Hudson, yang juga merupakan seorang gay, pada tahun 1985 karena AIDS. Isu ini pun membangkitkan gerakan konservatif anti-homoseksualitas, yang di kemudian hari diiringi dengan perundungan hingga penganiayaan terhadap kaum homoseksual.

Selain AIDS, ada pula isu Keluarga Lesbian. Isu ini bermula dari keinginan kaum lesbian untuk mempunyai dan merawat anak, namun keinginan mereka ini terhalang oleh hukum, peraturan yang berlaku, serta prasangka-prasangka yang didasari oleh asumsi bahwa seorang anak yang dibesarkan oleh seorang homoseks akan menjadi seorang homoseks pula. Banyaknya serangan yang dilancarkan secara keseluruhan dan penderitaan yang dirasakan oleh kaum lesbian khususnya, terutama yang disebabkan oleh munculnya dua isu utama tersebut, menjelang akhir 1980-an hingga 1990-an, menciptakan krisis kepercaayaan diri bagi kaum feminis lesbian untuk meneruskan perjuangnnya sehingga pada periode ini kelanjutan pergerakan feminis lesbian tidak begitu signifikan. Fenomena inilah yang kemudian menandai stagnansi gerakan feminis lesbian.

Alih-alih dianggap sebagai kematian sebuah gerakan bagi Susan Brownmiller, aktivis feminis lesbian tahun 1970-an, para aktivis feminis lesbian tahun 1990-an menganggap masa-masa stagnansi ini sebagai masa evaluasi pergerakan para feminis lesbian sebelumnya; di mana mereka menyadari bahwa aktivis feminis lesbian sebelum 1990-an tidak mencapai tujuannya, yaitu terhapusnya sex-gender systems yang merupakan bentuk dominasi laki-laki terhadap perempuan. Berangkat dari sinilah para aktivis feminis lesbian Amerika tahun 1990-an mengalami masa transisi. Pada masa ini, aktivis feminis lesbian melakukan gerakan yang berbeda dengan generasi sebelumnya baik dalam segi bentuk dan substansi.

Ada dua tahapan yang dilalui oleh aktivis feminis lesbian Amerika 1990-an pada masa ini. Tahapan pertama adalah memperbaiki dan meningkatkan kinerja perjuangan kaum feminis lesbian untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan maksimal. Dalam tahapan pertama ini, terdapat perubahan dari bentuk dan pola perjuangan yang cenderung eksklusif dan separatis, menjadi perjuangan yang inklusif dan politik praktis. Para aktivis feminis lesbian menyadari bahwa sebagai bagian dari masyarakat Amerika, mereka tidak terlepas dari masyarakat Amerika itu sendiri, dan dan inilah yang luput dari perhatian para aktivis feminis lesbian sebelum 1990.

Kesadaran kaum feminis lesbian di Amerika untuk berpartisipasi aktif secara politis ternyata disambut dan didukung oleh sebagian masyarakat Amerika, baik dari kalangan sipil maupun elit politik. Hal ini menjadi angin segar bagi aktivis feminis lesbian sekaligus menjadi tahapan kedua di mana mereka menyadari bahwa untuk tetap eksis serta memenuhi hak-hak yang dituntutnya agar tetap juga bisa dijalankan di tengah masyarakat, mereka harus bisa menunjukan kehadiran kaumnya. 

Namun, tidak hanya sebatas mendapatkan pengakuan akan kehadiran, melainkan juga terjaminnya hak-hak mereka sebagai warga negara Amerika yang terlegitimasi. Demi mendapatkan legitimasi inilah aktivis feminis lesbian memutuskan untuk berjuang secara politis guna mendapatkan posisi di lembaga-lembaga politik yang memiliki wewenang mewujudkan idealisme, kepentingan mereka, serta mengaktualisasikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang mereka miliki sebagaimana warga negara Amerika pada umumnya.

Pemilihan Anggota Kongres 1998: Konsistensi dan Persistensi Demi Identitas

Pada tahun 1998, beberapa individu yang merepresentasikan kaum feminis lesbian dengan terbuka mengikuti proses pemilihan anggota Kongres Amerika sebagai kandidat representative yang mewakili masing-masing negara bagiannya. Mereka memanfaatkan momen ini bukan hanya terbatas pada tujuan mewujudkan legitimasi, namun juga untuk menunjukan konsistensi serta persistensi mereka melalui kemampuan berpolitik mereka; bahwa mereka mampu bersaing dengan kelompok-kelompok yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Amerika. Sikap terbuka ini pun juga telah merupakan bagian dari idealisme serta konsistensi mereka terhadap keberadaan dan peran mereka sebagai golongan minoritas yang ingin mendapatkan hak-haknya dengant etap mempertahankan identitas mereka.

Kontestasi politik untuk menjadi 'representative' ini juga merupakan suatu bentuk keterbukaan feminis lesbian karena pasca masa transisi di tahun 1990-an, mereka tidak lagi membatasi ruang gerak perjuangannya hanya pada pelaku-pelaku dan hal-hal tentang perempuan saja; yang itu berarti, mereka yang tidak termasuk kaum feminsi lesbian, namun bersimpati dan memiliki haluan perjuangan yang sama, dapat berkolaborasi dengan kaum feminis lesbian untuk mewujudkan idealisme gerakannya. Hal ini kemudian menjadi penting dalam proses pemilihan kongres karena nuansa politik di dalamnya sangat memungkinkan untuk melaksanakan tarik-menarik kepentingan dalam kerangka kolaborasi.

Konsistensi dan persistensi feminis lesbian dalam memperjuangkan tujuannya melalui pemilihan kongres 1998 direpresentasikan oleh Cammermeyer dan Baldwin, yang mana keduanya tak hanya kelak akan mewakili negara bagiannya namun juga gerakan feminis lesbiannya. Alasan mengapa Cammermeyer dan Baldwin tidak mengajukan diri mereka menjadi congresswomen dengan menggunakan identitas mereka sebagai perempuan adalah karena mereka menganggap bahwa idealisme dan keberadaannya belum diwakilkan oleh para perempuan dalam lembaga politik tersebut -- kendati terdapat kaum homoseksual di dalam lembaga tersebut, seperti Barney Frank dan Jim Kolbe. Setelah melalui perjuangan dalam pemilihan anggota kongres, hasil menyatakan bahwa hanya Baldwin lah yang berhasil dan keberhasilan Tammy Baldwin menjadi congresswomen semakin mempertegas eksistensi feminis lesbian di Amerika.

Konsistensi dan persistensi kaum feminis lesbian untuk memenangkan pemilihan anggota kongres tidak hanya terbatas pada upaya meraih legitimasi serta wewenang semata, namun juga merupakan suatu bentuk pengkristalan identitas. Hal ini bisa kita lihat pada representasi serta politik identitas yang digunakan oleh kaum feminis lesbian untuk meraih tujuan politis yang diharapkannya. Identitas telah mendasari pergerakan kaum feminis lesbian dalam proses pemilihan kongres 1998. Ia menjadi mobilisator politik, tidak hanya bagi kaum feminis lesbian, namun juga bagi kelompok-kelompok minoritas dan marjinal yang berada pada suatu alur perjuangan yang sama. Identitas juga menjadi suatu kebanggaan yang merefleksikan kekuasaan untuk membentuk sebuah komunitas feminis lesbian yang insitusional dan terlegitimasi. Kaum feminis lesbian berhasil mengorganisasi diri mereka melampaui stigmatisasi hingga mencapai legitimasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun