Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Fajar Utomo
Muhammad Rizky Fajar Utomo Mohon Tunggu... Lainnya - Personal Blogger

part-time dreamer, full-time achiever | demen cerita lewat tulisan | email: zawritethustra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nietzsche, Mati yang Hidup

29 Januari 2020   09:27 Diperbarui: 30 Januari 2020   13:06 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bintang megah! Apa yang akan menjadi kebahagiaan kau, jika tidak ada mereka yang kau sinari! Kau telah datang ke atas guaku sini, sepuluh tahun: kau akan menjadi letih akan cahaya kau dan perjalanan kau, jika itu bukan untukku, elangku dan ularku. 

Sungguh kami telah menunggu kau setiap pagi, telah mengambil dari kau, keberlimpahan kau dan memberkahi kau bagi ini. Perhatikan! Aku letih akan kebijaksanaanku, bak kumbang yang kebanyakan mengumpul madu; aku butuh lengan-lengan untuk menjangkau madu-madu ini. Aku mau berikan dan bagi-bagikan madu ini, hingga manusia bijaksana di antara para manusia akan bahagia lagi dalam kebodohannya dan manusia miskin bahagia dalam kekayaannya. 

Bagi tujuan ini, aku musti turun ke kedalaman-kedalaman: bagai yang kau lakukan di sore hari, tatkala kau pergi ke belakang samudera dan memberi cahaya ke mercupada pula, wahai bintang maha berlimpah! Seperti kau, aku musti turun-kebawah -- sebagaimana yang  manusia katakan,  pada merekalah aku ingin turun! 

Maka berkahilah aku, mata hening, kau yang bisa melihat kebahagiaan yang mahaberlimpahan tanpa rasa  iri! Berkahilah cawan yang ingin meluap ini, semoga airnya yang keemasan itu mengalir darinya, membawa pantulan suka-cita kau ke seluruh penjuru! Perhatikan! Cawan ini mau menjadi kosong lagi, dan Zarathustra ingin menjadi manusia lagi."

Lalu mulailah Zarathustra turun-ke bawah.

Nampak bahwa Zarathustra turun ke bawah ingin turun ke bawah karena rasa cintanya kepada para manusia, ia melihat bahwa manusia telah lama berada dalam ketidaktahuan akan berlimpahnya potensi manusia di kehidupannya dalam menjadikan dirinya. Hal ini tentu berkaitan dengan Tuhannya manusia yang tentu saja tidak terbatas hanya pada Tuhan Allah, Yesus, Wisnu, Zeus serta Tuhan lainnya. Bicara mengenai Tuhan, ada  banyak Tuhan di muka bumi ini.


Tuhan-tuhan yang menjadi semacam jangkar berlabuh bagi pelayaran manusia mengarungi samudera ketakterbatasan kehidupan ini. Zarathustra mencoba untuk membuka pandangan manusia, bahwa manusia mampu melampaui Tuhannya, bahkan membunuhNya, menerima segala suka-duka cita yang ada pada diri mereka, dan demi Ubermensch -- manusia yang melampaui.

Dalam Para Manusia Dunia-Kemudian, Zarathustra berkata :

"Ah, para saudaraku, Tuhan ini yang aku ciptakan ia adalah karya manusia dan kegilaan manusia belaka, seperti juga segala macam tuhan-tuhan! Ia adalah manusia, fragmen buruk sosok manusia dan Ego belaka. Dari api dan abuku,  datanglah dia kepadaku hantu ini, inilah yang sebenarnya! 

Dia tidak datang kepadaku dari alam 'luar' sana! Apa yang terjadi, para saudaraku? Aku, si penyengsara, mengatasi diri, aku bawa abuku ke gunung-gemunung dan aku membuat sebuah terang yang lebih benderang bagi diriku. Dan perhatikan! Lalu hantu itu lari dariku!"

Aku menangkap dari teks ini bahwa Tuhan yang ada di muka bumi ini merupakan Tuhan ciptaan manusia belaka atau tidak lebih daripada proyek antropomorfistik manusia terhadap sesuatu yang berada di luar dirinya. Tuhan, sebagai suatu proyek, tidak lebih merupakan cerminan manusia itu sendiri, suatu proyek eksternal yang oleh para manusia, pengikutnya, diberikan sifat kemahaan, sebagai suatu solusi terhadap ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi realitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun