Mohon tunggu...
Rizki ViddiaPutra
Rizki ViddiaPutra Mohon Tunggu... ingin belajar lebih banyak

ingin mengubah hidup dengan banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kerajaan Turki Usmani pada Masa Pemerintahan Sulaiman Al-Qununi

15 Januari 2021   10:23 Diperbarui: 15 Januari 2021   10:25 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yeni Cami and Eminönü bazaar, Constantinople, Turkey, ca. 1895 (via wikimedia)

Kerajaan Turki Usmani adalah kerajaan yang didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghus, yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina, yang dipimpin Suleiman. Ia mengajak sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol yang menyerang dunia Islam pada Tahun 1219-1220 M. Mereka pergi ke arah barat dan meminta perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir dinasti Khawarizm di Transoxania. Jalaluddin menyuruh mereka agar pergi ke arah barat (Asia Kecil). Setelah penyerangan Mongol mereda, Suleiman menyeberang sungai Eufrat untuk kembali ke tanah airnya, namun ia tenggelam. Ia memiliki empat putra yang bernama Shunkur, Gundogdur, Erthugrul, dan Dundar. Dua putranya yang pertama kembali ke tanah airnya, sementara dua yang terakhir menetap di Asia kecil.

            Kelompok kedua ini berjumlah 400 keluarga yang dipimpin oleh Erthgrul bin Suleiman. Mereka mengabdikan dirinya kepada sultan Alauddin II dari dinasti Saljuk. Peran Erthugrul sangat besar dalam membantu sultan Alauddin II ketika peperangan menghadapi bangsa Romawi yang berkuasa di Romawi Timur (Byzantium), hingga mencapai kemenangan. Sebagai ucapan terima kasih, sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah yang berbatasan dangan Byzantium. Sejak saat itu, Erthugrul terus membina wilayah barunya dan berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah Byzantium. Setelah Erthugrul wafat, kepemimpinanya ini diteruskan oleh anak pertamanya Utsman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. Dan mendapatkan dukungan dari dinasti Saljuk. Nama Utsman inilah yang kelak menjadi nama kerajaan Tuki Utsmani. Utsman juga dianggap sebagai pendiri dinasti Utsmani.

            Sulaiman Al-Qununi adalah putera Sultan Salim I. Sejak kecil, dia sudah dididik sang ayah pelajaran dan ilmu seni berperang serta seni berdamai. Menginjak usia tujuh tahun, dia dikirim ke sekolah Istana Topkapi di Istanbul. Dia mempelajari beragam ilmu pengetahuan seperti, sejarah, sastra, teologi serta taktik militer. Saat Sulaiman memimpin kerajaan Turki Usmani beliau baru berusia dua puluh enam tahun. Kepemimpinan Sulaiman Al-Qununi adalah kepemimpinan terlama yaitu 46 tahun.

            Pada awal masa pemerintahan Sulaiman Al-Qununi mendapat cobaan dengan adanya empat pembangkangan sekaligus. Tak syak lagi, pembangkangan ini membuat energinya terkuras, sehingga tidak mampu meneruskan gerakan jihad, terutama pada awal pemerintahannya. Masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni merupakan masa keemasan Kerajaan Turki Usmani. Meskipun demikian, proses menuju zaman keemasan sudah dimulai sejak seabad sebelumnya dengan ditaklukkannya wilayah-wilayah di daratan Eropa, termasuk jatuhnya Constantinopel oleh sultan Muhammad II al-Fatih pada 1453.

            Zaman keemasan itu juga ditandai dengan kemajuan ekonomi perdagangan, hasil pajak, dan perannya sebagai negara penghubung antara dunia Timur dan Barat melalui pelabuhanpelabuhan yang dikuasainya. Kemajuan itu ditopang pula dengan kesadaran masyarakat yang rela mengeluarkan harta wakaf bagi kepentingan agama dan umum. Di lain pihak, Sultan Sulaiman sendiri bertindak adil dan bijaksana, misalnya dalam hal adanya toleransi beragama, sehingga masyarakat merasa tenteram. Segala tindakan dalam masyarakat diatur dengan undang--undang yang harus dipedomani oleh para pejabat Utsmani. Kerajaan Utsmani mencapai peradaban tinggi karena kepandaian masyarakatnya yang adaptif terhadap kemajuan di sekitarnya, seperti Bizantium, Persia, dan Arab adalah wilayah yang kaya akan kebudayaan dan peradaban tinggi.

            Selama pemerintahan Sulaiman, Kerajaan Turki Utsmani menempati peringkat sebagai kekuatan terbesar di dunia. Ia menguasai Eropa dan Asia, memiliki Roma (yaitu Konstantinopel) dan Makkah, juga Kairo. Sultan Sulaiman adalah Sultan Ottoman yang paling terkemuka, yang pernah mengepung kota Wina dan merupakan sekutu bagi Raja Perancis ketika itu. Dalam jaman keemasannya, imperium Ottoman memiliki wilayah yang sangat luas, yang membentang dari danau sampai ke lembah sungai Nil di Mesir dan dari lembah sungai Furat sampai ke Gibraltar. Di Afrika utara, armada Ottoman sanggup menahan pasukan-pasukan Nasrani Spanyol yang menyerang lewat lautan dan sanggup pula mempertahankan semua wilayah kekuasaannya.

            Pada masa pemerintahannya, Sulaiman menyempurnakan dan memperindah ibukota dan kota-kota lain dengan mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, istana, musoleum, jembatan, terowongan, jalur kereta dan pemandian umum. Semuanya dibangun dengan gaya arsitektur Usmaniyah. Gaya ini muncul ketika Usmaniyah dapat mengalahkan kerajaan Bizantium, sehingga pertemuan antara arsitektur Bizantium dan Turki Usmani itu melahirkan corak baru. Sejak itu bermunculanlah masjid baru dengan corak Usmaniyah.34 Disebutkan bahwa dua ratus tiga puluh lima diantaranya didirikan oleh arsitek kepercayaannya yaitu Sinan Pasha.

            Pada masa pemerintahannya, Sultan Sulaiman banyak meraih kemenangan dalam berbagai perang. Di tahun 1521, ia berhasil menguasai Beograd (sekarang ibukota Yugoslavia). Dari sini terbuka jalan menuju Hongaria. Pada Agustus 1524 ia berhasil melumpuhkan pasukan Hongaria dan sebulan kemudian merebut ibukota Hongaria, Budapest. Dua tahun sebelumnya, tepatnya 1522, ia berhasil merebu sebuah pulau strategis, Rhodos. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, kerajaan Utsmani sepeninggal Sulaiman mulai kehilangan daya serangnya. Kemampuan mengatur pemerintahan di negeri-negeri taklukannya semakin merosot, kekusutan administrasi negara meningkat, percekcokan di kalangan para para menterinya semakin berlarut-larut, kehidupan berfoya-foya di dalam istana semakin memuncak dan semakin banyak pasukan bayarannya yang berani membangkang. Semuanya itu merupakan sebab-sebab intern terpokok yang membuat kerajaan Utsmani bertambah kehilangan bobotnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun