"Aku?"
Ibrahim mengangguk perlahan. "Kau keturunan darah yang sah. Hanya kau yang bisa menyentuh roh kuyang tanpa terbakar. Tapi waktunya hampir habis. Sebelum bulan mati malam ini... kau harus memilih: menyelamatkan bayi itu... atau mengurung kutukan ini bersamamu."
Sungai kembali bergejolak. Bayi itu kini melayang sendiri di atas air, tubuhnya memancarkan cahaya hitam. Di langit, kuyang-kuyang berputar seperti kabut kelam yang siap menerkam.
Dan suara Mak Ijah terdengar lagi...
"Darahku tak akan hilang. Selama sungai ini mengalir, aku akan kembali. Kembalikan warisanku... atau kau yang akan menggantikannya."
Bu Lestari menatap Ibrahim dan Pak Ranu.
Ia tahu... malam itu akan jadi akhir dari semuanya atau awal dari sesuatu yang jauh lebih gelap.
Bersambung...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI