Tepat pukul sepuluh malam, kepulan dingin mencengkeram kehampaan; teras rumahmu adalah tempat orang berlalu-lalang dengan kendaraan mereka.
Aku berhenti dan menengok ke arahmu.
Kau menjauh; memikul karung dan membenamkan diri dalam kegelapan.
Sementara itu, di sebagian yang lain, kudengar keramaian tersekat antara satu dengan yang lain.
Berbicara panjang mengenai harga kopi di kafe bar terkenal; brand makanan; distro; kleb malam; tren penampilan; dan segala hal penciptaan ketiadaan menuju rangkaian kebutuhan buatan.
Di sudut lain; di tempat yang remang-remang dan nyaris sepi, aku tak membayangkan dirimu hadir tersenyum padaku.
Mata binar yang terpantul sinar megah lampu universitas itu nampak tak berarti dalam hidupmu.
Kini akhiri saja perjumpaan kita.
Membuka akhir dalam perjumpaan yang lain; mengenakan peran yang berbeda.