Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengarungi Badai Kehidupan dengan Doa dan Keteguhan Hati

3 September 2025   20:28 Diperbarui: 3 September 2025   20:28 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan Harian (sumber: @rimut.id)

Setiap manusia pasti pernah berhadapan dengan badai dalam kehidupannya. Badai ini bisa berupa masalah, ujian, maupun cobaan yang datang silih berganti. Tidak jarang, badai tersebut membuat seseorang ingin menyerah, berpaling, atau bahkan berhenti berjuang. Namun, sesungguhnya badai adalah bagian alami dari perjalanan hidup yang harus dilewati.

Ketika badai datang, pilihan terbesar kita adalah bagaimana meresponsnya. Apakah kita akan lari, menyerah, ataukah tetap teguh menghadapi setiap hempasan ombak kehidupan. Menyerah mungkin tampak mudah, namun pada akhirnya tidak membawa kita ke tempat yang lebih baik. Justru, dengan bertahan dan melangkah, kita bisa menemukan arti dari perjuangan itu sendiri.

Doa menjadi senjata utama dalam menghadapi badai kehidupan. Dengan berdoa, hati menjadi lebih tenang dan pikiran lebih jernih. Doa bukan hanya sekedar permohonan, tetapi juga bentuk penyerahan diri kepada Sang Pencipta. Ketika hati bersandar pada-Nya, maka sebesar apa pun badai, jiwa tetap kokoh berdiri.

Selain doa, diperlukan juga keyakinan bahwa badai tidak datang tanpa alasan. Ia hadir sebagai ujian untuk menguatkan kita. Sama seperti kapal yang diuji ketangguhannya di tengah lautan, demikian pula manusia diuji keteguhannya dalam kehidupan. Dengan cara itu, seseorang akan tumbuh lebih kuat, lebih bijak, dan lebih dewasa.

Badai kehidupan juga sering kali menjadi pintu pembelajaran berharga. Dari setiap kesulitan, ada hikmah yang bisa dipetik. Mungkin kita belajar tentang kesabaran, mungkin tentang arti perjuangan, atau bahkan tentang pentingnya bersyukur. Semua itu akan menjadi bekal untuk perjalanan selanjutnya.

Dalam mengarungi badai, penting juga untuk tidak merasa sendirian. Ada keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat yang bisa menjadi sandaran. Dukungan mereka adalah cahaya yang membantu kita tetap kuat. Bahkan, dalam doa dan ketulusan mereka, kita sering kali menemukan energi baru untuk terus berlayar.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya badai membuat kita goyah. Pada saat itulah keberanian diuji. Berani bukan berarti tidak takut, melainkan tetap melangkah meski rasa takut itu ada. Sama seperti seorang pelaut yang tetap mengendalikan kapalnya walau ombak mengguncang, demikianlah kita harus berani menghadapi tantangan.

Kehidupan pada dasarnya adalah lautan luas yang penuh misteri. Kadang tenang, kadang bergelora. Namun, justru itulah keindahannya. Tanpa badai, kita tidak akan pernah tahu seberapa kuat kapal yang kita naiki. Tanpa cobaan, kita tidak akan pernah tahu seberapa teguh hati yang kita miliki.

Maka, jangan pernah berpaling apalagi menyerah ketika badai menghadang. Hadapilah dengan doa, keyakinan, dan keberanian. Ingatlah bahwa badai tidak abadi. Selalu ada pelangi setelah hujan, selalu ada ketenangan setelah gelombang. Yang terpenting adalah tetap melangkah maju dengan penuh harapan.

Badai kehidupan adalah bagian dari proses menuju kedewasaan diri. Dengan menghadapinya, kita bukan hanya belajar bertahan, tetapi juga menemukan makna sejati dari hidup. Karena sejatinya, hidup bukan hanya tentang sampai ke tujuan, melainkan tentang bagaimana kita mengarungi perjalanan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun