Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asa di Ujung Senja

11 Juni 2025   10:34 Diperbarui: 11 Juni 2025   10:34 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Bayu duduk di beranda rumah kayunya, memandangi matahari yang perlahan turun di ufuk barat. Senja itu seolah berbicara padanya, mengingatkan bahwa harapan tak pernah benar-benar mati selama manusia masih mau berjalan dan bersujud. Di tangannya, sebuah buku catatan lusuh terbuka, penuh coretan mimpi dan doa yang telah ditulis sejak bertahun-tahun lalu. "Suatu ketika nanti asa indah itu akan terwujud," bisiknya lirih, "asalkan aku tetap menjalani asa yang kini ada."

Di kampung kecil tempat Pak Bayu tinggal, hidup berjalan lambat namun menuntut kesabaran. Ia bukan orang kaya, bukan pula tokoh besar. Tapi semangatnya adalah pelita bagi banyak orang muda yang kerap datang padanya untuk bertanya tentang hidup. Ia selalu berkata, "Hidup itu sederhana, kalau kita jalani dengan hati yang sederhana pula." Tapi ia tak menutup mata bahwa kesederhanaan itu hanya bisa dijalani jika hati dan pikiran dibersihkan dari iri, amarah, dan takut.

Suatu malam, Raka, seorang pemuda desa yang baru saja kehilangan pekerjaan, datang kepadanya. Wajahnya suram dan matanya kosong. "Pak, saya nggak tahu harus bagaimana. Rasanya dunia ini sempit," katanya. Pak Bayu menatapnya lembut, lalu menyuruhnya duduk dan diam. Mereka tenggelam dalam senyap yang panjang, sebelum akhirnya Pak Bayu berkata, "Kadang hidup terasa berat bukan karena masalahnya besar, tapi karena mental kita sedang lelah."

Raka menangis. Tangis yang lama ditahan. Pak Bayu menepuk pundaknya dan melanjutkan, "Lawan kenyataan bukan berarti kita harus keras. Tapi kita harus ikhlas. Memohon restu-Nya sambil tetap bergerak." Malam itu, Pak Bayu mengajaknya berdoa bersama. Bukan doa minta rezeki, tapi doa untuk kekuatan hati dan kejernihan pikiran.

Hari demi hari, Raka mulai bangkit. Ia kembali membantu di ladang dan belajar membuat kerajinan tangan. Pak Bayu tak pernah memintanya membalas apa pun. "Kalau kamu sudah kuat nanti, bantu orang lain yang merasa lelah," ujarnya suatu siang. Raka hanya mengangguk, menyimpan nasihat itu dalam dada.

Tak hanya Raka, banyak pemuda lain yang mengikuti jejaknya. Pak Bayu seolah menjadi cahaya di tengah gelap. Tapi ia tahu, dirinya bukan siapa-siapa tanpa restu Tuhan. Ia pun tak pernah merasa paling benar. "Aku hanya menjalani," katanya sering kali, "dengan hati yang terus belajar jernih."

Namun, Pak Bayu pun manusia. Kadang ia juga lelah. Di saat seperti itu, ia duduk sendiri, memandangi langit dan berbisik dalam hati, "Tolong kuatkan aku, ya Tuhan. Jangan biarkan aku terjerembab dalam sombong atau putus asa." Ia percaya, selama hati tetap bersih, semua akan dimudahkan, meski jalannya berliku.

Suatu sore, seorang wartawan datang menemuinya, ingin menulis kisah hidupnya. Pak Bayu hanya tertawa kecil. "Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya ingin kelak, saat asa indah itu datang, saya tidak menyesal karena sudah menjalani dengan tekun dan tulus."

Kini, Pak Bayu tetap duduk di beranda, menatap senja. Ia tak tahu kapan harapannya terwujud, tapi ia tak gelisah. Baginya, hidup bukan soal sampai atau tidak, tapi soal bagaimana berjalan dengan baik. Dalam diamnya, ia terus berdoa, menanti dengan sabar, sambil tetap melangkah.

Dan senja itu, seperti biasa, memeluknya dengan cahaya hangat. Seolah berkata: asa itu sudah mulai tumbuh, pelan-pelan, dari hati yang bersih dan jiwa yang tak menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun