Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepiring Rasa, Segelas Rindu

11 Mei 2025   11:51 Diperbarui: 11 Mei 2025   12:25 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cak Ri dan Pak Bayu (sumber: @segogorengsuroboyo)

Di suatu malam minggu yang bersahaja, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan Warung Sego Goreng Suroboyo yang terletak di Jl. Pendidikan 1, Cijantung, Pasar Rebo. Seorang pria berkacamata, berkaos ijo army, turun dari mobil dengan senyum hangat. Dialah Pak Bayu Kurnianto, pendiri komunitas Lenilakers, yang datang bukan untuk acara besar, tapi untuk menjawab rindu pada rasa yang sudah lama mengendap di benaknya.

Begitu duduk di karpet yang sederhana, Pak Bayu memandang sekeliling. Warung itu tidak besar, tapi suasananya hangat. Di dinding dalam warung tergantung foto-foto menu dan sepenggal cerita tentang perjalanan warung. Seorang Cacak menyapa ramah, "Mau pesan apa, Pak?" Tanpa ragu, Pak Bayu menjawab, "Sepiring Sego Goreng Suroboyo, dan satu gelas Wedang COR Jember ya, Cak."

Tak butuh lama, sepiring nasi goreng mengepul datang di hadapannya. Aroma bawang putih, saos tomat, dan kecap khas Surabaya langsung menyergap hidung. Ketika suapan pertama masuk ke mulutnya, matanya terpejam sejenak. "Ini dia... rasa yang saya cari," gumamnya. "Sego Goreng Suroboyo, jawaban bagi kita yang kangen suasana Surabaya," lanjutnya sambil tersenyum.

Wedang COR Jember pun datang tak lama kemudian. Hangatnya wedang jahe, dicampur rempah-rempah pilihan, seperti meresap ke dada. "Dengan Wedang COR Jember, rasa makin menggelegar," ucapnya sambil tertawa kecil. Ia merasa seperti kembali ke masa-masa saat di Surabaya, tempat buah hatinya belajar tentang kehidupan dan semangat gotong royong.

Pak Bayu mengamati para pengunjung lain. Ada yang datang bersama keluarga, ada pula yang datang sendiri. Namun semua tampak sama: menikmati, larut dalam cita rasa otentik, dan tenggelam dalam kehangatan yang tak bisa dibeli dari restoran mewah. "Dari tempat yang sederhana akan ada rasa istimewa," batinnya.

Setelah menyantap makanan hingga tak bersisa, Pak Bayu berdiri dan menghampiri rombong terbuka di depan warung. "Cak, matur nuwun sanget. Uenak dan nikmatnya terasa... bener-bener Surabaya banget ini," katanya dengan mata berbinar. Cacak sang pemilik warung tersenyum malu, lalu menjawab, "Alhamdulillah, Pak. Semoga berkenan dan sering-sering mampir."

Pak Bayu (sumber: @segogorengsuroboyo)
Pak Bayu (sumber: @segogorengsuroboyo)

Sebelum pergi, Pak Bayu menyempatkan diri berfoto di depan warung, lalu mengunggahnya ke media sosial pribadinya. Dalam keterangannya ia menulis, "Mantaps, Sego Goreng Suroboyo... Rasanya otentik banget Surabayanya. Dan minum Wedang COR istimewa, penghapus rasa kangen Surabaya. Semangat dan terus maju. Terima kasih."

Hari itu, perjalanan singkatnya tidak hanya mengisi perut, tapi juga hati. Ia menyadari, bahwa di balik sepiring nasi goreng dan segelas wedang cor, ada jiwa-jiwa yang dengan penuh cinta menghadirkan rumah bagi perantau yang rindu kampung halaman.

Warung itu mungkin kecil, namun maknanya besar. Di sana, Pak Bayu menemukan kembali semangat, bahwa yang otentik tak pernah usang. Ia pulang dengan perut kenyang, hati hangat, dan semangat baru untuk terus membesarkan Lenilakers bersama mereka yang tahu betul arti "rumah" dalam setiap rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun