Konsep ini memiliki resonansi dengan pandangan filsuf Demokritos tentang atom (a-tom: tidak terbagi). Sebagaimana atom tidak bisa dipecah, Nietzsche menolak pembagian moral tradisional (baik dan buruk) dan menegaskan bahwa kehidupan harus diterima sebagai satu kesatuan utuh - sebuah realitas tunggal yang mencakup suka dan duka tanpa terpisahkan.
Contoh Penerapan Konsep "Ja Sagen" dan "Amor Fati"
Sikap "Ja Sagen" dan "Amor Fati"
Sebaliknya, individu yang menjalani hidup dengan afirmasi penuh (Ja Sagen) dan memiliki kecintaan pada nasib (Amor Fati) akan memiliki respons yang sama sekali berbeda terhadap keadaan tersebut.Â
Ia berkata dalam hati:
"Ini bagian dari perjalanan hidupku. Aku akan mencintai pengalaman ini sebagaimana aku mencintai keberhasilanku. Dari sini aku akan belajar dan bangkit."
kesimpulan "The Will to Power", "Ja Sagen", dan "Amor Fati"
Ketiga pilar pemikiran Nietzsche - The Will to Power (kehendak untuk berkuasa), Ja Sagen (Afirmasi Hidup). dan  Amor Fati (Cinta pada takdir) - bekerja secara sinergis, menciptakan sebuah filosofi hidup yang sangat memberdayakan dan optimis.
William James (1842-1910) - Filsuf dan Psikolog Amerika
William James (1842-1910), seorang filsuf dan psikolog Amerika, menawarkan sebuah pemikiran yang radikal, berbeda dari penerimaan nasib dalam Stoikisme atau Amor Fati Nietzsche.