Mohon tunggu...
Toto
Toto Mohon Tunggu... Freelancer - Robusta Addict

Picnic Planner . Robusta Addict . Ambivert

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Muhaimin dan Doa Anai-anai

8 Februari 2019   21:33 Diperbarui: 8 Februari 2019   21:40 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kepala Sekolah tak dapat menyembunyikan tampang masamnya, ia menahan malu dan berlalu, namun sebelumnya ia sempatkan memberi pernyataan.

Ingat Yang gaji kamu siapa?

.   .   .

Maka itulah muasal sore itu Muhaimin, gelisah, berpayah-payah ia menjadi guru honorer lima tahun lamanya, mengabdi, berangkat pagi-pagi dan bila lembur tak ada tambah gaji, satu-satunya alasan ia bertahan karena berharap jadi pegawai negeri sipil dan dapat pensiun.

Sekarang tamat sudah riwayatnya.

Deras sekali hujan sore itu, anai-anai yang tadi mendekat kedinginan sekarang sudah merapat dekat sekali pada sekam, ia pasrah jika terbakar panas, itu lebih mulia baginya dari pada mati kedinginan tanpa usaha.

Ya Tuhan siapa yang akan menggaji ku? 

Muhaimin berujar lirih

Suasana hening sampai doa anai-anai tadi mengusik hujan

"Tuhan..... engkau pemilik hujan dan panas, engkau pula pemilik nasib dan takdir, aku pasrah pada kehendakmu, mungkin ini akhir hidupku namun engkau maha berkehendak, dan aku telah berusaha, jika harus berakhir Tuhan, mohon........

Hening sang anai-anai menahan pinta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun