Mohon tunggu...
Riyanto Suparno
Riyanto Suparno Mohon Tunggu... Swasta -

Safety Engineer yang hobi menulis dan berdiskusi rriyanto74@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Swiss Cheese Model: Menganalisa Keselamatan dan Kesiapan Mudik 2017

22 Mei 2017   09:15 Diperbarui: 22 Mei 2017   11:17 5501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://trend.fajar.co.id

Dalam waktu kurang lebih sebulan lagi, kita akan merayakan dan merasakan gegap gempita lebaran. Seperti yang sudah-sudah yang telah menjadi budaya sebagain besar rakyat Indonesia, kita atau mungkin sebagian dari kira akan sama-sama merasakan nikmatnya berebut tiket dan bermacet ria bersama.

Bahkan meskipun berbagai aktifitas yang terjadi saat jelang lebaran begitu menguras tenaga dan biaya, toh tetap kita menjalankannya. Bukan apa-apa, semata-semata demi ketemu sanak saudara dan orang tua . Sungkeman.

Saya pun termasuk kategori orang yang melakukan ritual mudik tiap tahun. Setelah menempuh pendidikan dan bekerja di kota besar ini, Jakarta, saya selalu mudik menuju kampung halaman saya di Wonogiri. Normalnya saya, jika beruntung mendapatkan tiket kereta api, menggunakan kereta api yang bebas macet dan nyaman. Namun pada kenyataannya saya lebih sering menggunakan Bus ketimbang kereta api. Hal ini tentu saja seperti yang kita tahu bersama, tiket kereta api menjelang libur panjang dan lebaran bak primadona yang dikejar jutaan orang. Bagaimanapun kita harus siap untuk mudik.

Dalam upaya pencegahan kecelakaan demi terciptanya mudik lebaran yang selamat dan aman atau kerennya tercapai Zero Accident. Tak ada salahnya kita menengok berbagai macam model dan teori yang berkaitan dengan pencegahan kecelakaan atau istilah populernya accident prevention.

Banyak sekali teori dan model yang membahas dan mengkaji tentang pencegahan kecelakaan kerja dalam dunia keselamatan. Namun saya tertarik untuk mencoba mengambarkan tentang salah satu model, yang bagi saya, sangat menarik.

Saat ini coba kita melihat sebuah keju seperti pada gambar dibawah ini.


Apa yang terbayang di benak anda? Tentu sebuah makanan lezat yang menjadi primadona banyak orang. Ya, hasil fermentasi susu yang mengeras ini bisa dikombinasikan dengan berbagai jenis makanan dan menciptakan sebuah rasa yang “Maknyus”. Kira-kira begitu jika merujuk pada istilah pakar kuliner favorit saya, Bondan Winarno.

Namun selain kelezatannya, ada pembelajaran besar yang bisa kita dari potongan-potongan keju lezat ini. Potongan keju faktanya dapat memunculkan sebuah model dalam pencegahan kecelakaan, Swiss Cheese Model.Bagi saya ini merupakan hal yang sangat menarik untuk dikupas.

Swiss Cheese Model dikembangkan oleh seorang ahli Psikologi Inggris, James T. Reason. Pada awalnya kemunculannya pada tahun 1990-an model ini dikembangkan untuk dunia kedokteran, penerbangan serta pelayanan keadaan darurat.

Pada model ini, setiap lapisan keju seperti gambar dibawah dianggap sebagai sebuah barrier/ saringan untuk mencegah sebuah kecelakaan. Ada empat lapisan yang dianggap berperan besar dalam mencegah sebuah kecelakaan.

Jika mengalami kegagalan dalam empat lapisan/ level tersebut, maka kecelakaan pun tidak bisa dihindari. Perhatikan gambar dibawah untuk melihat lebih jauh.

http://patientsafetyed.duhs.duke.edu
http://patientsafetyed.duhs.duke.edu
Selain itu, model ini terdiri dari dua faktor yaitu Latent Failure dan Active Failure. Latent Failure adalah aspek yang tersembunyi dan tidak ada akibat langsung namun dapat diwaspadai. Sedangkan Active Failure adalah aspek yang langsung terlihat akibatnya jika terjadi sebuah kegagalan.

Dalam kaitannya pencegahan kecelakaan pada transportasi Bus, tentu saja model in bisa kita gambarkan seperti dibawah ini:

  • Budaya dan Pengaruh Organisasi

Budaya dan pengaruh organisasi jika dikaitkan dengan pencegahan kecelakaan Bus maka merupakan faktor Latent Failure. Efek dari kegagalan dari manajemen organisasi tidak dapat dirasakan secara langsung ketika kecelakaan terjadi namun tentu saja dapat diwaspadai.

Disini pentingnya pengaturan dan kebijakan manajemen dalam melaksanakan bisnis transportasi Bus guna mencegah kecelakaan sangat penting. Seperti mengganti armada Bus yang sudah tidak layak atau tidak menggunakan Bus yang tidak dalam kondisi baik. Manajemen organisasi harus mengedepankan keselamatan ketimbang keuntungan bisnis jika dirasa kondisi berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.

  • Kegagalan Pengawasan

Sering kali kecelakaan terjadi karena pengawasan yang tidak bekerja dengan baik sehingga Bus yang tidak layak operasi tetap dipakai. Beberapa investigasi kecelakaan Bus yang belakangan terjadi diakibatkan oleh kondisi Bus yang kurang baik.

Untuk itu pengelola bisnis harus menerapkan pengawasan yang baik pada saat mudik lebaran. Hal ini karena padatnya lalu lintas dan padatnya penumpang. Kondisi bus dan Supir harus dalam pengawasan yang baik. Maintenance atau jadwal perawatan armada Bus harus dijalankan maksimal meski jadwal Bus padat.

  • Kondisi Sebelum Tindakan tidak Aman

Hal ini berkaitan dengan Supir dan Kondektur atau karyawan Bus yang bekerja dapat mengalami kelelahan, serta timbulnya komunikasi dan koordinasi antar lini yang buruk. Hal ini tidak terlihat secara langsung namun dampaknya cukup signifikan.

Untuk itu pengelola bisnis harus menerapkan manajemen yang baik dengan menerapkan jam kerja yang aman serta membentuk sebuah sistem komunikasi yang baik antar karyawan.

  • Tindakan Tidak Aman

Aspek Unsafe Act atau tindakan tidak aman merupakan satu-satunya aspek yang dapat secara langsung terlihat akibatnya, Active Failure. Karyawan, dalam hal ini Supir, Kondektur, Staff maintenance, merupakan garda terdepan transportasi Bus yang dapat secara langsung dilihat akibatnya jika gagal bekerja. Contoh paling mudah adalah supir kelelahan atau ngantuk yang mengakibatkan kecelakaan.

Pengelola bisnis harus menerapkan manajemen yang baik dalam mencegah tindakan yang tidak aman. Ada beberapa contoh kecil yang bisa diterapkan, misalnya memberikan shift dan pergantian jam menyupir secara tepat, memberikan vitamin dan melakukan pengecekan Kesehatan agar selalu fit, mengadakan pengetesan obat-obatan terlarang atau alcohol dan lain sebagainya.

Demikian pemaparan tentang swiss cheese model dikaitkan dengan keselamatan pada transportasi Bus dan semoga bermanfaat.

Sebagai penutup, bagaimanapun kita harus mengedepan keselamatan lebih diatas aspek apapun. Tidak hanya dari segi pelaku bisnis seperti yang dipaparkan diatas namun juga dari kita selaku pengguna. Kita harus pro-aktif dalam aspek keselamatan seperti mengingatkan supir saat ugal-ugalan atau ngantuk serta memilih Bus yang kiranya layak dan terdaftar. Meski demikian ada yang lebih penting dari semua hal itu, yaitu berdoa dan menyiapkan Kesehatan kita saat mudik lebaran nanti.

Salam selamat dan selamat menunaikan ibadah puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun