Saya Riva Rizkiana Ramadhani, seorang mahasiswa Teknik Fisika di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Selama kuliah, hari-hari saya hampir tidak pernah sepi dari kesibukan. Mulai dari riset di laboratorium, rapat organisasi, hingga persiapan kompetisi yang silih berganti. Lebih dari 20 proyek sudah pernah saya jalani, dari skala kampus sampai internasional.
Tapi di balik semua kesibukan itu, saya menyadari bahwa saya tetap butuh liburan. Liburan bukan berarti harus pergi jauh-jauh atau mengeluarkan banyak biaya. Bagi saya, liburan adalah cara sederhana untuk menjaga mood tetap stabil dan energi tetap penuh, supaya bisa terus berprestasi. Melalui prestasi ini lah, di kemudian hari saya seringkali mendapatkan pengalaman liburan yang hemat dan bahkan dapat mencapai zero budget. Tapi, saya merasa uang untuk liburan jarak jauh yang perlu biaya transportasi dan akomodasi itu lebih baik ditabung untuk hal-hal yang tidak pasti di masa depan. Maka dari itu, saya memiliki 3 strategi liburan versi saya yang hemat budget. Bahkan, salah satu strategi saya berhasil membuat saya liburan sambil membawa prestasi.
Liburan Mingguan SederhanaÂ
Terkadang saya merasa sayang menghabiskan banyak uang hanya untuk jalan-jalan jauh. Tiket kereta mahal, akomodasi juga tidak murah. Dari situ saya akhirnya belajar menikmati liburan hemat versi saya sendiri.
Minggu pagi misalnya, saya sering bersepeda keliling Surabaya. Menikmati udara segar, berhenti sebentar di taman kota, lalu meminum air putih yang telah saya bawa sebelumnya dan saya letakkan dalam tas. Terkadang, saya juga menghabiskan waktu libur dengan sedikit berolahraga, lari di sekitar kampus ataupun di berkeliling menggunakan fasilitas umum. Bukan hanya tubuh jadi segar, pikiran pun terasa lebih ringan setelahnya. Berolahraga menjadi kunci liburan sederhana yang biasa saya lakukan jika saya tidak memiliki agenda ke luar kota.
Liburan Sambil Memberdayakan Masyarakat
Sedari dulu, saya terinspirasi dari mahasiswa-mahasiswa berprestasi yang memiliki kesempatan untuk berkeliling dunia secara gratis dengan mendapatkan beasiswa. Meskipun mereka punya tujuan tertentu dibaliknya, tetapi setelahnya, mereka punya waktu senggang untuk berlibur. Sekarang, salah satu dari mahasiswa berprestasi tersebut adalah saya. Saya mendapatkan beasiswa dari Pertamina Foundation.
Dalam kegiatan beasiswa, kami diwajibkan untuk melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Program kami sepenuhnya didanai oleh Pertamina Foundation. Setiap perjalanan ke desa bahkan untuk monitoring kondisi mitra kami, semuanya ditanggung. Akhirnya, selama 2025, kami bisa sekurang-kurangnya satu kali berkunjung ke Desa Kalanganyar di setiap bulannya. Desa Kalanganyar ini punya berbagai objek wisata yang memanjakan mata. Tambak-tambak ikan yang luas memantulkan birunya langit, hingga angin sepoi-sepoi yang terasa di telinga sepanjang jalan membuat aku terlupa dengan panasnya Surabaya. Di tengah program pendampingan tersebut, kami juga diperbolehkan mengalokasikan konsumsi pendampingan sehingga kami bisa menggunakan uang tersebut untuk membeli kuliner di warung lokal, mengisi tenaga untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sambil membantu perekonomian UMKM lokal. Rasanya begitu nikmat dan bahkan setelahnya saya menjadi lebih aktif mengikuti program pengabdian masyarakat.
Pengabdian masyarakat di kampus sering kali mendapatkan dana bantuan program dari perguruan tingginya dan sering kali menyasar masyarakat yang ada di desa. Hal ini dapat membuat mahasiswa sebenarnya dapat merasakan suasana seperti liburan di tengah kegiatannya. Contohnya KKN di tengah masa liburan kampus. Biasanya mahasiswa kembali ke daerahnya untuk liburan. Tetapi, saat menjalani masa KKN, mahasiswa diajak oleh dosennya untuk menetap di desa dan bertukar manfaat dengan masyarakat desa. Tak jarang, mahasiswa disambut hangat dengan masyarakat desa karena kontribusinya yang luar biasa untuk membangun desa dengan memberikan teknologi dan pendampingan yang menyentuh hati. Dengan ini, ilmu yang dipelajari mahasiswa dan disalurkan ke masyarakat sampai ke titik dimana masyarakat benar-benar merasakan dampaknya memungkinkan mahasiswa mendapatkan sambutan baik dari warga dan bahkan dapat merasakan untuk tinggal bersama masyarakat dengan tanpa biaya dan seolah merupakan bagian dari keluarga.
Liburan Sambil Berkompetisi dan Konferensi
Selama membangun program pemberdayaan masyarakat, terdapat data di setiap teknologi yang dirancang maupun pelatihan yang dilaksanakan. Luaran dari pengabdian masyarakat di kampus dapat berupa hilirisasi teknologi yang diciptakan mahasiswa yang diberikan untuk desa. Dengan tingkat inovasi tertentu, program yang diciptakan mahasiswa dapat didanai oleh pemerintah maupun industri sehingga mahasiswa tidak perlu mengeluarkan dana sepeser-pun. Ketika inovasinya baik, mahasiswa dapat mendaftarkan gagasan pengembangan inovasinya pada ajang kompetisi maupun konferensi. Tak jarang, kegiatan kompetisi tersebut jika cukup bergengsi akan menghadiahkan biaya transportasi dan akomodasi kegiatan. Mahasiswa dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk mendapat pengalaman yang dapat menjadi portofolio mereka sembari menikmati liburan di sela-sela kegiatannya. Tak jarang, ketika menang, mahasiswa justru akan mendapatkan uang sebagai hadiah maupun insentif dari universitas. Hal ini mendukung mahasiswa memperoleh pengalaman liburan yang hemat budget dan justru malah menguntungkan. Dalam kompetisi, ada menang dan ada kalah. Meskipun demikian, kekalahan seringkali menyebabkan rugi finansial. Maka dari itu, saya memilih kompetisi dengan strategis. Saya lebih sering mengikuti kompetisi yang sifatnya online. Selebihnya adalah kompetisi yang lebih bergengsi seperti yang diadakan oleh pemerintah Indonesia ataupun industri yang mampu membiayai transportasi dan akomodasi saya. Meskipun itu berarti saya perlu lebih bersemangat untuk berjuang dengan mati-matian dengan harapan itu akan terbayarkan. Jika pun tidak, itu melatih saya untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh.
Strategi & Motivasi Liburan Gratis dengan Cerdas
Melalui hal ini, saya ingin berbagi pengalaman terkait bagaimana rasanya mendapatkan kesempatan untuk merasakan berkali-kali liburan hemat budget dan bahkan bisa mencapai zero-budget akibat memiliki prestasi. Seperti pengalaman saya ketika memenangkan kompetisi innovillage dari Telkomsel dan mendapatkan undangan ke Bandung dengan tiket, hotel, serta makanan yang semuanya dibiayai oleh panitia. Saya juga pernah merasakan bagaimana rasanya berlibur di desa sembari membangun masyarakatnya tanpa mengeluarkan biaya transportasi, konsumsi, dan bahkan penginapan karena dibiayai oleh pihak penyelenggara.
Di luar keberuntungan yang saya miliki, saya ingin berbagi fakta bahwa sebenarnya saya adalah mahasiswa yang penuh dengan effort. Sejak SD, saya memang memiliki cita-cita untuk mengelilingi dunia tanpa mengeluarkan biaya. Saya merasa bahwa jalan-jalan dan berinteraksi dengan banyak manusia merupakan liburan yang sangat luar biasa. Dan untuk mencapai hal tersebut, saya perlu memiliki value.
Saya hanya bisa akan jalan-jalan secara gratis jika saya memiliki prestasi yang unggul. Diundang sebagai pemateri, menjadi juri, internship, ataupun mendapatkan beasiswa untuk berpergian ke luar negeri yang di sela-sela kesibukannya dapat menjadi liburan hanya jika saya memiliki suatu keunggulan yang dilirik oleh pihak penyelenggara kegiatan. Dan untuk mencapai hal tersebut, saya selalu rajin belajar sejak kecil, banyak membaca, bahkan rela untuk melakukan kegiatan produktif hingga larut malam dan menghabiskan waktu hingga lebih dari 8 jam di kampus per harinya.
Pada akhirnya, saya ingin mengajak teman-teman, mahasiswa di Indonesia untuk mendapatkan pengalaman liburan hemat budget yang mendukung pengembangan karir teman-teman kedepan dengan cara yang penuh perjuangan. Mencapai prestasi memang sulit karena perjuangan saja belum cukup, terkadang keberuntungan juga menjadi penentu. Terkadang, kita perlu sabar apabila apa yang kita perjuangkan belum membuahkan hasil. Perlahan tapi pasti, kedepannya semua perjuangan itu pasti akan kembali kepada kita.
Akhir kata, selain ingin menginspirasi pembaca. Saya juga ingin berterima kasih kepada Ayah dan Ibu saya yang telah mendidik saya dengan sangat baik. Ayah saya paham akan resiko dalam membesarkan saya. Sempat saya bingung saat saya masih kecil, ayah sering turun di depan Pegadaian dan membuat saya serta ibu menunggu di dalam mobil yang dipinjamkan dari kantor. Kemudian saya sadari hari ini, hal tersebut juga merupakan langkah antisipatif untuk menjaga masa depan saya tetap aman dengan adanya asuransi. Saya juga ingin berterima kasih kepada Kompasiana untuk telah membuat saya memiliki ruang untuk menulis dan menginspirasi banyak orang.
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI