Mohon tunggu...
Rivaldi Pasya
Rivaldi Pasya Mohon Tunggu... Mahasiswa UNIKOM

Hey Kompasianer! Saya adalah mahasiswa tingkat 3,Jurusan Ilmu Komunikasi,Di Universitas Komputer Indonesia yang berlokasi di jalan.dipatiukur Kota Bandung Saya masih awal dan awam dalam bidang penulisan ini,jadi,saya sangat menerima masukan yang membangun dan kritis bilamana terdapat kekeliruan dalam tulisan-tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Book

Belajar Tenang di Tengah Kegaduhan Digital:Refleksi Stoikisme dari Buku Filosofi Teras.

5 Oktober 2025   20:07 Diperbarui: 5 Oktober 2025   20:07 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Stoikisme tidak mengajarkan untuk "menyerah", melainkan untuk bijak memilih pertempuran batin: mana yang pantas diperjuangkan, dan mana yang lebih baik dilepaskan.

Fenomena Overthinking dan Validasi Digital

Sebagai mahasiswa komunikasi, saya banyak mengamati bagaimana media sosial membentuk budaya validasi. Kita hidup di zaman ketika "aku ada karena aku dilihat". Banyak teman sebaya yang merasa nilainya ditentukan oleh seberapa sering mereka muncul di Instagram atau seberapa menarik tampilan feed-nya.

Hal ini menciptakan pola pikir external validation --- ketergantungan pada pengakuan dari luar diri.

Padahal, seperti kata Marcus Aurelius yang dikutip Manampiring:

"Ketenangan datang ketika kita berhenti berdebat tentang apa yang seharusnya dilakukan orang lain, dan mulai memperhatikan apa yang seharusnya kita lakukan sendiri."
(Manampiring, 2018, hlm. 77)

Stoikisme mengajarkan self-validation --- kemampuan untuk menilai diri berdasarkan nilai dan prinsip pribadi, bukan berdasarkan jumlah pengikut atau komentar.

Fenomena anxiety dan burnout di media sosial bisa dikurangi jika kita belajar, seperti para Stoik, untuk tidak meletakkan kebahagiaan pada hal yang tidak pasti.

Ketika Komentar Menjadi Luka: Belajar Emosi dari Stoik

Henry Manampiring mengingatkan bahwa Stoikisme bukan tentang menekan emosi, tapi mengelola emosi agar tidak memperbudak akal.

"Bukan peristiwa yang mengganggu kita, melainkan opini kita tentang peristiwa itu."
--- Epictetus, dikutip dalam Filosofi Teras (Manampiring, 2018, hlm. 84)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun