Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia yang Terhubung dan Manusia yang (Tak) Selalu Terhubung

17 November 2020   06:57 Diperbarui: 17 November 2020   07:03 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hanya ada satu manusia dan meja-meja (Dokpri)

Di Jakarta, retail ini ada di mana-mana, bahkan di depan tempat tinggalku. Aku punya banyak kenagan di sana, sebab seperempat hari-hariku di Jakara dihabiskan di tempat itu. 

Mulai dari membeli kebutuhan bulanan, transaksi ini itu di mesin atm, minum kopi, bertemu teman, membeli buah anggur kortingan seharga dua puluh ribu, sampai dengan mencari bahan-bahan pembuat kue.

Kesenangan itu, gilanya, menutup rasa prihatinku ketika banyak pedagang kecil tergilas oleh bisnis retail ini. Patricia mungkin akan bilang, aku ini korban kapitalis yang bersukarela. Ah dia juga, haha.

Setelah membeli 2 item bahan makanan, aku beringsut. Menuju kasir dan memilih pembayaran dengan kartu debit. Empat kali aku membayar dengan uang tunai, empat kali pula si kasir pura-pura lupa melengkapi kembalian uang. Yang seharusnya Rp 28.500,- akan diberikan 20 ribu saja. 

Kelewatan nggak tuh kasir? Jadi aku nekat berdiri cukup lama di depan dia untuk meminta sisa kembalian sambil mencela kesengajaannya. Kok aku tahu dia sengaja? Tahulah, kan aku melihat gestur tubuhnya.

***

Akhirnya aku pulang. Melewati jalanan yang kering di kota ini. Aku memendam rasa rindu pulang sambil membayangkan kampung halamanku. Meski dunia sudah terhubung, tetapi aku tidak suka melewati lintasan-lintasannya. 

Barangkali itu yang membuat aku tidak suka dengan traveling. Apa asyiknya kalau semua kota sudah dijelajahi? Kalian tidak punya kejutan lagi.

Ayo, sepakatlah denganku. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun