Mohon tunggu...
Rita Yuliza
Rita Yuliza Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMPN 9 SUNGAI PENUH

Saya adalah seorang guru yang suka menulis dan melakukan eksperimen di laboratorium

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apapun Namanya Melati Tetap Harum

26 September 2022   23:06 Diperbarui: 17 Oktober 2022   16:07 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu, Mela memang gak berguna bu," Kataku sesegukan

"Kamu sudah berbuat banyak untuk ayahnya Hamza, tapi kalau dia  memilih pergi, itu tandanya dia sudah tak pantas buat kamu dan Hamza"

"Iya bu, Mela janji Mela gak akan gini lagi bu"

Ya, hidupku hancur , ketika tau ada perempuan lain dalam rumah tanggaku, teringat saat ayah Hamza berkata dengan angkuh "kamu itu gak kerja, cuma dirumah, otak mu aja gak lebih besar dari otak ayam, jadi jangan sok berharga" .

"Mel"

Suara itu membubarkan lamunanku


"Dia fitnah mela bu, dia bilang Mela yang selingkuh"  Jawabku lagi

"Kamu tau kenapa ibu memberikanmu nama MELATI? . Karna jika diubah menjadi apapun namanya, Melati itu akan tetap harum, meski kamu ubah namanya menjadi bunga bangkai, tapi wanginya tak akan membohongi orang. Ibu juga berharap kamu seperti itu"

***

Waktu Berlalu begitu cepat, sudah hampir satu tahun perpisahanku dengan Ayah Hamza, selama itu pula aku tak pernah mendengar kabar apapun darinya, sekarang Hamza sudah genap berusia 3 tahun, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari aku berjualan kue, tapi ternyata itu masih terseok-seok untuk memenuhi kebutuhan Hamza yang kian hari kian bertambah. Suatu sore, aku, ibu, ayah dan Hamza duduk diteras sambil bercengrama, tiba-tiba seorang tetangga datang menyapa kami.

"Pak Hendro, si Melati gak ikutan daftar CPNS ya, kan lagi ada penerimaan guru besar-besaran tuh, lah katanya dulu Melati Asisten Dosen toh, masa Mantan Asisten Dosen gak mampu bersaing sama anak-anak kampung sini" Katanya sambil berlalu tanpa mempedulikan kami yang masih melongo medengar ocehannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun