Mohon tunggu...
Risya TopanBasuki
Risya TopanBasuki Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

Risya Topan Basuki, asal Kediri lahir pada tanggal 11 Januari 2000 dengan memiliki hobi sepak bola, futsal. dan bulutangkis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Posyandu pada Program Stunting di Desa Kalasan Kabupaten Kediri

8 Desember 2022   07:27 Diperbarui: 11 Desember 2022   19:10 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Dari prevalensi total tersebut, Indonesia mengalami kasus balita pendek yag serius. Hasil Riskesdas pada tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi balita pendek di desa Kalasan Kabupaten Kediri. Pada masa inilah kebutuhan bagi bayi sangat perlu diutamakan agar nantinya saat menginjak masa remaja semua mendapatkan kecukupan gizi yang sempurna dan seperti pada anak pada umumnya yang memiliki kemampuan otak yang sama dan tidak ada diskriminasi terhadap sesama walaupun setiap manusia memiliki kekurangan.

Dalam hal ini program stunting masih perlu dilaksanakan secara berkelanjutan agar tidak ada lagi balita yang kekurangan gizi sehingga tidak memiliki gizi yang cukup untuk masa pertumbuhannya nanti, karena penyebab stunting sendiri yakni dalam permasalahan asupan gizi pada anak, hormon pertumbuhan, serta terjadinya penyakit berulang adalah faktor penentu yang dominan. 

Adapun dampak yang ditimbulkan oleh stunting ini bisa dirasakan jangka pendek maupun jangka panjang. Pada jangka pendek, daya tahan tubuh anak akan berkurang dan mudah terserang penyakit, sedangkan pada jangka panjang akan menyebabkan berkurangnya perkembangan kognitif dan motorik pada anak. Keadaan ini jika dibiarkan terus menerus, akan mempengaruhi kualitas SDM bangsa Indonesia di masa depan. Sehingga dengan keadaan ini pemerintah Indonesia wajib melakukan investasi gizi pada masyarakatnya. 

Pemerintah sendiri telah mengeluarkan kebijakan  untuk mengatasi stunting di Indonesia adalah dengan menetapkan 5 (lima) Pilar Pencegahan Stunting komitmen dan visi kepemimpinan, kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program pusat, daerah dan desa, ketahanan pangan dan gizi, serta pemantauan dan evaluasi (tribunnews.com. Ditetapkan juga 8 (delapan) aksi konvergensi yang harus dijalankan pemerintah yaitu Analisis Situasi, Rencana Kegiatan, Rembuk Stunting, Pembuatan Peraturan Bupati/Walikota, Pembinaan Pembangunan Kader Manusia, Sistem Manajemen Data Stunting, Pengukuran dan Publikasi Data Stunting, dan Review Kinerja Tahunan. Pilar dan aksi konvergensi ini wajib dilakukan semua aktor yang terlibat dalam penanganan stunting di Indonesia. Khusus untuk 8 (delapan) aksi konvergensi dilakukan oleh pemerintah kabupaten / kota di Indonesia yang masuk kedalam kategori lokus stunting.

Di desa Kalasan sendiri sudah dapat dikatakan membaik dalam hal pencegahan stunting pada balita ini, karena adanya pengawasan ketat dan prosedur yang dianjurkan oleh para petugas kesehatan melalui posyandu juga telah dilakukan secara intens dalam 1 bulan 2 kali dalam penyelenggaraan posyandu yang dilakukan di depan balai desa. Hal ini sangat berpengaruh besar dalam upaya perbaikan gizi pada balita yang dapat dikatakan masih rentan terhadap berbagai macam penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan program seperti posyandu yang memberikan suntik imunisasi dan juga stunting ini diharapkan dapat banyak membantu dalam pencegahan kondisi buruk tersebut. Dan pada masa pandemi Covid-19 telah merubah tatanan perilaku masyarakat, hal ini diperlukan agar pandemi tidak meluas. 

Sehingga pembatasan dilakukan di segala sektor, termasuk di bidang kesehatan. Hal ini membuat kegiatan penanganan stunting sedikit terhambat. Pada masa ini juga pemerintah juga menggalakkan nilai-nilai gotong royong di masyarakat, agar bersama dapat saling membantu bertahan dalam keadaan pandemi Covid-19 ini. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu solusi untuk dapat bersama-sama bertahan dalam pandemi Covid-19 termasuk dalam penanganan stunting.

 Dalam hal ini dapat dikatakan para masyarakat sangat berpartisipasi sekali setiap ada kegiatan posyandu, dari 10 orang ibu yang memiliki anak balita semuanya datang dan mengikuti kegiatan tersebut sampai selesai tidak terkecuali pengarahan agar tidak terjadi kasus stunting pada balita. Pada kejadian tersebut kegiatan ini semakin dianggap positif dan sangat membantu bagi ibu pemilik balita agar anaknya tidak terkena penyakit stunting ataupun kekurangan gizi pada balita, sehingga nantinya pada saat sudah beranjak menuju usia anak-anak hingga dewasa dapat berkumpul dengan teman yang mereka inginkan tanpa dikecualikan dan dikucilkan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah penelitian kualitatif dimana nantinya penelitian ini menggunakan metode observasi dan juga wawancara untuk mendapatkan data dan informasi dan setelah mendapatkan subyek yang stunting, peneliti menelusuri ada atau tidaknya faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kejadian stunting yang diderita oleh subyek secara retrospektif melalui proses wawancara dengan menggunakan beberapa pertanyaan dalam lembar kuesioner. 

Penentuan kelompok kontrol dilakukan dengan cara memilih subyek yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok kasus namun subyek tidak mengalami stunting pada saat penelitian dilakukan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan gizi ibu, tingkat konsumsi gizi balita, dan ketahanan pangan keluarga.

Variabel tingkat pengetahuab gizi ibu terdiri dari pengetahuan mengenai gizi seimbang, penyebab dan dampak stunting, serta ketahanan pangan. Variabel dependen adalah kejadian stunting. Sehingga nantinya akan mendapatkan data secara spesifik dan juga objektif dari masyarakat di Desa Pare terkait dengan adanya pencegahan Stunting pada balita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun