Ada satu waktu di mana saya merasa otak saya bising, padahal ruangan tempat saya duduk benar-benar sunyi. Tak ada suara TV, tak ada musik, bahkan kipas angin pun mati. Tapi kepala saya riuh. Riuh dengan notifikasi yang belum sempat saya buka, tab-tab browser yang jumlahnya lebih dari jari tangan, foto-foto tak jelas di galeri, dan ribuan email yang belum saya baca. Belum lagi WhatsApp group yang isinya cuma saling kirim stiker dan broadcast. Saya sadar, ternyata hidup saya bukan cuma berantakan di dunia nyata, tapi juga kacau di dunia digital.
Kalau kamu pernah merasa kayak gitu juga, tenang. Kita senasib. Dan kabar baiknya, itu semua bisa dirapikan. Bisa diberesin. Kita cuma perlu satu hal yaitu digital declutter, atau dalam bahasa gampangnya, beberes kehidupan digital.
Digital declutter ini bukan tren iseng-iseng doang, lho. Ini adalah semacam detoksifikasi dari semua kebisingan dan kekacauan yang datang dari gadget, akun-akun media sosial, aplikasi, bahkan file-file yang menumpuk tanpa guna. Intinya, kita ingin menyederhanakan ruang digital kita, supaya pikiran juga ikut lega dan kita bisa fokus menjalani hidup, baik yang di dunia maya maupun nyata.
Lalu, Kenapa Hidup Digital Perlu Dirapikan?
Gini ya, sekarang hampir semua aspek hidup kita terhubung ke dunia digital. Mulai dari bangun pagi disambut notifikasi, kerja atau sekolah via laptop, pesan makan online, bayar tagihan dari HP, sampai ngobrol sama teman pun lewat chat. Praktis sih, tapi sekaligus melelahkan.
Yang bikin stres bukan cuma karena banyak hal harus kita lakukan lewat layar, tapi karena kita jadi overconnected. Kita punya terlalu banyak akun, terlalu banyak aplikasi, terlalu banyak informasi. Akibatnya? Fokus jadi hancur. Waktu kebuang buat buka-buka notifikasi yang enggak penting. Otak kita terus-menerus dalam mode siaga, takut ketinggalan update.
Parahnya lagi, hidup digital yang berantakan bisa bikin kita ngerasa sibuk terus, padahal sebenarnya nggak produktif. Pernah nggak, buka HP cuma niat balas satu chat, eh tahu-tahu udah sejam scrolling TikTok? Nah, itu dia. Tanpa kita sadari, dunia digital bisa mencuri waktu dan energi kita pelan-pelan.
Digital Declutter Itu Bukan Sekadar Hapus Aplikasi, kalau kamu berpikir digital declutter itu cuma soal uninstall aplikasi yang nggak dipakai, kamu belum ngerti esensinya. Ini bukan cuma soal bersih-bersih, tapi soal berani ambil keputusan. Kita harus memilih mana yang benar-benar penting, dan mana yang cuma nyampah di memori HP dan di kepala kita.
Bayangkan gini, HP kamu itu kayak rumah. Kalau rumahmu penuh barang, ada baju yang nggak pernah dipakai, perabotan rusak, tumpukan kertas, dan kardus bekas, maka pasti sumpek, kan? Nah, ruang digital kita juga begitu. File-file numpuk, email nggak keurus, notifikasi non-stop yang semuanya hanya bikin otak kita sesak.
Digital declutter itu kayak bersih-bersih rumah, tapi versi digital. Tapi bukan cuma bersih-bersih asal-asalan, ya. Ini soal membuat pilihan sadar: akun mana yang mau tetap kamu pertahankan, aplikasi mana yang benar-benar kamu butuhkan, dan waktu online seperti apa yang bikin kamu bahagia, bukan stres.
Sadar Dulu, Jangan Langsung Eksekusi
Sebelum buru-buru buka galeri dan hapus foto-foto mantan, coba tenang dulu. Digital declutter itu bukan kompetisi cepat-cepatan. Ini soal proses. Yang pertama harus kita lakukan adalah sadar. Sadar bahwa hidup digital kita berantakan, sadar bahwa kita perlu berubah, sadar bahwa kita ingin ruang digital yang lebih tenang, lebih tertata, dan bikin kita lebih fokus.