Mengurangi ketergantungan anak pada gadget menjadi tantangan penting di era digital saat ini. Anak-anak, atau yang kerap disebut "bocil," lebih tertarik bermain gadget karena berbagai alasan, seperti hiburan instan yang memicu pelepuran dopamin, kurangnya pengawasan orang tua, serta pengaruh teman sebaya yang juga gemar menggunakan gadget. Psikolog dari UGM, Lucia Ratih Nirmala Dewi, M.Psi, menjelaskan bahwa kecanduan gadget muncul dari dua faktor utama: internal, yaitu rangsangan dopamin dari penggunaan gadget itu sendiri, dan eksternal seperti lingkungan sosial serta akses mudah ke media sosial dan game. Sementara itu, Dr. rer. nat. Riza Faizal M.Si, ahli saraf dari Universitas Pendidikan Indonesia, menekankan bahwa gadget sebenarnya dapat mendukung perkembangan motorik, berpikir, dan kreativitas anak, asalkan penggunaan gadget tetap dibimbing dengan baik oleh orang tua.
Bill Gates, pendiri Microsoft, memberikan contoh nyata dengan membatasi penggunaan gadget anak-anaknya, seperti larangan memiliki ponsel sebelum usia 14 tahun, pembatasan waktu layar harian, serta larangan membawa ponsel saat makan. Pendekatan seperti ini membantu anak-anak tidur lebih awal dan menjaga keseimbangan antara dunia digital dan aktivitas nyata.
Selain faktor internal dan pengasuhan, beberapa aspek lain turut mendorong ketergantungan anak pada gadget, seperti rasa ingin tahu yang tinggi, pengaruh teman sebaya, kemudahan akses ke berbagai konten hiburan dan edukasi, serta kenyamanan sebagai pelarian dari kebosanan. Kondisi ini semakin diperparah bila pengawasan orang tua kurang ketat, sehingga anak menghabiskan waktu berlebihan di depan layar.
Untuk mengurangi ketergantungan ini, orang tua memegang peranan vital dengan menerapkan berbagai strategi alternatif yang efektif. Pertama, membatasi waktu layar dengan aturan yang jelas agar anak tidak berlebihan menggunakan gadget setiap hari. Kedua, memilih konten yang edukatif dan sesuai usia agar pengalaman digital anak tetap positif. Ketiga, mendorong anak untuk aktif bermain di luar ruangan guna meningkatkan interaksi sosial dan kesehatan fisik mereka. Keempat, orang tua harus menjadi teladan dengan membatasi penggunaan gadget pribadi agar anak dapat mencontoh perilaku yang sehat. Terakhir yang kelima, menciptakan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak adalah kunci penting untuk membantu anak memahami manfaat dan risiko penggunaan gadget secara bijak.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, ketergantungan anak pada gadget dapat diminimalkan, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang secara seimbang, memanfaatkan teknologi untuk hal yang positif, tanpa kehilangan momen penting interaksi sosial dan aktivitas fisik sehari-hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI