Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jerat Nista

22 Desember 2020   13:58 Diperbarui: 22 Desember 2020   14:07 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anggi senang banget bisa ketemu lagi sama Abang," jawab Anggi sambil tersenyum dan menggenggam erat tanganku. Senyumnya seketika lenyap ketika matanya melihat sesuatu di tanganku.

"Eh, Abang sudah menikah yah?" tanya gadis berwajah mirip artis Risty Tagor itu. Kurasakan ada sedikit nada kecewa dalam kata-katanya. Genggamannya pada tanganku berangsur dilepaskannya.

"Iya, sudah hampir tiga tahun Abang menikah. Kamu sendiri sudah menikah?" tanyaku seraya melihat jemari tangannya. Aku hanya ingin memastikan karena kulihat ada cincin terpasang di jari manisnya.

"Baru beberapa bulan lalu, Bang. Boleh lihat foto istri Abang? Anggi mau lihat siapa wanita yang beruntung itu." Anggi tersenyum dengan wajah jenaka.

Kuperlihatkan beberapa foto Qonita, istriku. Wanita cantik berhijab yang kunikahi hampir tiga tahun lamanya. Wanita yang membuatku berhenti total dari gemerlap dunia malam. Wanita yang telah memberiku seorang jagoan. Wanita yang membuat jalan hidupku menjadi lebih terarah.

"Wah, cantik banget istrinya, Bang. Pantas saja Anggi disingkirkan. Habis manis sepah dibuang. Tanpa pamit lagi," ujar Anggi sambil memasang wajah merengut. Aku tertawa dan refleks tanganku menjawil hidung mancung Anggi. Sesuatu yang kusesali setelahnya, karena mengingatkan akan kenangan masa lalu.

Sejenak kami terdiam. Ada suasana canggung disana. Entah apa yang ada dipikiran Anggi, yang jelas ada hati yang harus kami jaga. Aku memikirkan cara untuk keluar dari keadaan ini.

"By the way, kenapa jam tangan Baby G dari Abang masih kamu pakai?" tanyaku memecah keheningan.

"Ya, iya dong. Ini pemberian orang yang istimewa di hati Anggi. Ya, walaupun setelahnya Anggi dilupakan begitu aja, sih. Pas lagi sayang-sayangnya lagi," tutur Anggi dengan memasang mimik wajah pura-pura sedih. Setelahnya kami berwisata masa lalu tanpa mesin waktu sampai warung tutup.

"Abang pamit yah. Abang senang sekali melihat keadaanmu sekarang," kataku sambil mengeluarkan kunci mobil.

"Kalau tugas ke kota ini, jangan lupa mampir kesini. Janji yah, Bang!" Anggi lalu mencium tanganku layaknya istri melepas kepergian suami. Sesuatu yang membuatku risih karena dilihat oleh orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun