Pada dasarnya, entah itu anak atau orangtua, kita sama-sama manusia. Yang pasti pernah salah dan selalu belajar dari masa ke masa.
Saya juga sependapat bahwa orangtua pun pernah salah. Tidak semua apa yang orangtua katakan dan putuskan selalu benar. Karena sekali lagi, orangtua juga manusia.
Hal yang ingin saya bahas kali ini bukan tentang mencari siapa yang salah dan siapa yang benar antara anak dan orangtua. Namun bagaimana sebenarnya hubungan anak dan orangtua bermula dan berkembang hingga nantinya sang anak pun beranjak dewasa dan punya kehidupan keluarganya sendiri.
Ketika sepasang kekasih berniat untuk menikah dan membangun sebuah keluarga,tidak hanya cinta yang menjadi bahan pertimbangan utamanya.Â
Rasa cinta dan kasih sayang tentu menjadi modal awal dari sebuah hubungan keluarga itu sendri, namun selanjutnya yang sangat perlu dipertimbangkan adalah kesiapan mereka atas keluarga yang akan terbentuk itu nanti.
Bagaimana mereka akan menghidupi keluarga mereka, di mana mereka menetap dan membangun kehidupan keluarganya. Materialistis? Tidak. Ini adalah hal yang sangat realistis.Â
Perlu dijelaskan bahwa kesiapan yang dimaksud bukan tentang kemewahan dan gaya hidup. Namun tentang menyelaraskan apa yang sudah dimiliki dengan mimpi yang akan dibangun nanti.Â
Tidak lebih besar pasak daripada tiang. Selama itu masih dalam perhitungan yang jelas, saya rasa itu sudah cukup. Bahkan itu lebih baik dibanding berlebih namun masih harus banyak ditagih.
Hal sederhana yang mungkin sering terbaikan oleh para pasangan yang ingin menikah, namun impactnya akan besar ketika jumlah anggota keluarga akan bertambah nantinya.
Kesiapan atas kehidupan jangka panjang yang dimulai sejak dini tentu akan membentuk kenyamanan lain tersendiri. Salah satu hal yang saya rasa hanya pasangan yang berpikiran dewasa yang bisa melakukannya. Intinya adalah, apa yang kita tanam, itulah yang  kita tuai nantinya.