Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Memulung Hikmah di Tepi Rimba

21 November 2018   17:05 Diperbarui: 21 November 2018   17:04 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sudah Pak Her! Ini bukan salah bapak. Anggap saja memang hari ini kita kurang beruntung." Ujarku menenangkan Pak Her yang terus menerus menyalahkan dirinya dalam insiden ini.

Pak Her masih terpaku, menatap mesin mobil tuanya yang sudah terlanjur manja. Terlalu banyak minta perhatian dan merogoh keuangan.

Kenyataan bahwa ini adalah awal karir saya cukup membuat khawatir setengah pening. Ada banyak banyangan hal buruk muncul. Tapi, setidaknya pengalaman menjadi anggota MAPALA cukup membantu. Secuil bekal menghadapi ganasnya hutan rimba. Menggali, memilah, dan menjelajah kembali segala pengalaman di alam bebas.

Ide itu muncul, tepat ketika Pak Lukman berteriak dengan gusar, "Hei Anak Muda, kami membayar tour ini bukan hanya untuk berdiam diri di tengah hutan seperti ini !!!"

"Pak Her, bisa bantu saya? Saya ada rencana." tanyaku penuh kesungguhan.

"Kamu yakin Nak?" ucap Pak Her akhirnya.

"Insya Allah Pak. Kita berikhtiar. "

Kami pun mendekati rombongan turis di sisi lain mobil. Wajah mereka memiliki tingkat ketakutan yang hampir sama. Hanya saja beberapa dari mereka nampak pandai menutupinya.

Anggi, mengalihkan ketakutannya dengan mengambil gambar melalui mata kamera. Menelisik detail detail pemandangan nyaris gelap di sekitarnya dengan kaki terkilir. Menangkap momen akhlak makhluk-makhluk hutan menjelang malam tiba.

Kanaya dengan radar kewaspadaan tingkat dewa, siap memberikan alarm valseto ketika ada tikus hutan melintas. Dan masih bisa bertahan bersama secercah cahaya senter handphonenya.

Keluarga Pak Lukman, keluarga kecil yang cukup hangat. Saling mendekap demi kedamaian bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun