Mohon tunggu...
Nurmarinda Dewi Hartono
Nurmarinda Dewi Hartono Mohon Tunggu... Freelancer - Ririn Marinda

Pendiam di dunia nyata, Menghanyutkan dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Social-Emotional Learning (SEL), Paket Menuju Kesuksesan

16 Februari 2020   21:35 Diperbarui: 16 Februari 2020   21:44 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: yorkeinstitute.edu.au

Social and emotional learning (SEL) is the process through which children and adults understand and manage emotions, set and achieve positive goals, feel and show empathy for others, establish and maintain positive relationships, and make responsible decisions. - The Collaborative  for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL)

Manusia terlahir dengan menyandang kodrat sebagai makhluk sosial dibarengi pula dengan anugerah terindah berupa emosi. Manusia tanpa lingkungan sosial dan emosional tentu diragukan kemanusiaannya. Oleh karena kedua hal tersebut merupakan bawaan sejak lahir tentu keduanya berkembang seiring dengan perjalanan usia dan pengalaman hidup layaknya perkembangan komponen lain dalam diri kita. 

Masa-masa kritis perkembangan sosial-emosional adalah pada masa kecil karena disana terjadi perkembangan pesat untuk seluruh aspek perkembangan. Anak pertama kali akan bersosialisasi dengan lingkungan terdekat yaitu keluarga kemudian berekspansi ke lingkungan sekolah dimana hadirnya figur guru dan teman sebaya. 

Coba kita kembali mengingat-ingat bagaimana saat kita berada di masa TK hingga SD ? Banyak sekali pengalaman sosial emosional yang terjadi. Pengalaman dalam suatu lingkungan baru membuat kita mempelajari banyak bentuk emosi-emosi baru. Kita mengenal nikmatnya bermain dengan teman sebaya saat di usia TK, rasanya mempertahankan kepercayaan diri tanpa ayah dan ibu hingga pulang sekolah, membantu teman yang jatuh dari ayunan dan melaporkannya pada guru, meminjamkan pensil warna pada teman, bahkan mulai memiliki rasa benci pada teman yang nakal. 

Masa-masa yang indah di masa TK memang terjadi secara natural karena anak-anak merupakan pembelajar sosial emosional terbaik menurut Melissa Schlinger (Vice President CASEL). Namun bayangkan jika perkembangan sosial emosional ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tidak mengherankan bila kebanyakan pelaku kriminaldan penyimpangan mulai dari yang biasa hingga kelas kakap memiliki riwayat emosional yang buruk di masa kecilnya. Kasus bunuh diri yang banyak terjadi juga tidak lepas dari kematangan sosial emosional yang buruk. That's the point ! Social-Emotional Learnig is very important.

Apa itu Social-Emotional Learning (SEL)?

SEL  adalah proses di mana anak-anak dan orang dewasa memahami dan mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati untuk orang lain, membangun dan memelihara hubungan positif, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. SEL pertama kali di  support oleh The Collaboration for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) sejak tahun 1994 di Amerika Serikat. 

Penelitian menunjukkan bahwa SEL tidak hanya meningkatkan prestasi dengan rata-rata 11 poin persentil, tetapi juga meningkatkan perilaku prososial (seperti kebaikan, berbagi, dan empati), meningkatkan sikap siswa terhadap sekolah, dan mengurangi depresi dan stres di kalangan siswa (Durlak et al. ., 2011).

Sudah lebih dari dua dekade CASEL mengembangkan berbagai metode dan praktik SEL melalui penelitian yang terus dilakukan. SEL sudah banyak diterapkan dan menunjukkan keberhasilan. 

Dari  berbagai bidang dan sumber termasuk prestasi siswa, ilmu saraf, kesehatan, pekerjaan, psikologi, manajemen kelas, teori pembelajaran, ekonomi, dan pencegahan perilaku masalah kaum muda. Tidak salah jika SEL disebut-sebut sebagai kunci keberhasilan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun