Diatas ranjang tak seberapa lebar. Jemarinya sibuk menekuri gambar mawar dimuka bantal. Kartika mendengus sebal. Pada malam panjang begini pantasnya ia hangat berdekapan. Mana sudi ditandai janda kesepian.
Ia bersungut-sungut di sudut kamar. Sebentar membungkuk sebentar menegap. Kartika tampak tergagap-gagap. Nyatanya ia tak lagi terbiasa melakukannya setelah sekian lama menjanda.
"Kenapa kamu nggak mau sih?" tanya kawannya suatu kali.
"Aku marah dan kecewa! Kamu nggak akan paham!" ia membentak.
Kawannya mengalah. Berhenti membujuk.
Pada malam-malam sendirinya, disaat tiada seorangpun melihat, Kartika merutuki nasibnya. Jengah pada keadaan. Jengah pada masa lalu. Sibuk bertanya kenapa dan bagaimana.
Ia membenahi piyama ungunya. Menatap sendu pada cermin di hadapan.
"Rasa-rasanya aku harus melakukannya. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku kesepian. Aku butuh kehangatan." air mata menetesi pipi pucatnya.
Kartika menghubungi kawannya lewat telepon. Memintanya segera mampir ke kamar apartemen.
Di seberang sana kawannya tersenyum puas.
"Ayo segera kita lakukan." ajak kawannya begitu sampai disana.