Â
Selang tiga tahun setelah didirikanya Budi Utomo, berdirilah suatu perkumpulan yang bernama Sarekat Islam di Solo. Latar belakang didirikanya organisasi ini adalah sebagai bentuk perlawanan terhadap para pedagang China. Peristiwa itu merupakan sebuah isyarat bagi umat muslim bahwa sudah saatnya untuk menunjukan kekuatanya. Didirkanya Sarekat Islam ternyata tidak hanya semata-mata sebagai bentuk perlawanan terhadap para pedagang China, melainkan juga sebagai sebuah bentuk front perlawanan atas semua penghinaan yang ditujukan kepada rakyat bumi putera. Didirikanya organisasi ini juga merupakan sebagai sebuah bentuk reaksi terhadap rencana politik pengkristenan yang dilakukan para zending, perlawanan terhadap segala kecurangan dan penindasan dari pihak ambtenar-ambtenar bumi putera dan Eropa. Inti utama perlawanan yang dilakukan oleh Sarekat Islam adalah perlawanan terhadap segala macam penindasan dan kesombongan sosial.Â
Â
Apabila ditinjau dari anggaran dasarnya, maka anggaran dasar yang dimiliki oleh Sarekat Islam diantaranya adalah memberikan bantuan kepada anggota yang mengalami kesusahan, memajukan pendidikan dan semua hal yang dapat mempercepat naiknya taraf hidup rakyat bumi putera, menangkis segala pemahaman yang keliru terhadap agama Islam, dan SI bukan organisasi politik. Jika dilihat dari keseluruhan aksi yang dilakukan oleh SI maka dapat dilihat bahwa SI melaksanakan suatu tujuan negara. Keadilan dan kebenaran selalu diperjuangkan dengan gigih. Tindakan yang dilakukan SI tersebut adalah suatu tindakan revolusioner yang berani melawan stelsel-terjajah-penjajah.
Â
Pemerintah kolonial Belanda yang menghadapi situasi yang penuh dengan sikap revolusioner memilih untuk bertindak secara berhati-hati dan mengirimkan penasehatnya kepada organisasi tersebut. Dalam menetapkan kebijakan politinya, Gubernur Jenderal Idenburg meminta nasehat kepada para residen. Dan hasilnya adalah untuk sementara waktu agar SI tidak diperbolehkan mempunyai pengurus dan struktur organisasi yang besar melainkan diperbolehkan berdiri secara lokal.
Â
Pada tahun 1917 Suwardi Suryaningrat mencatat bahwa langkah diplomatis yang ditempuh oleh pemerintah menjadi berkurang. D.M.G. Koch menjelaskan bahwa di dalam tubuh Sarekat Islam yaitu bersifat Islam Fanatik, menentang keras, dan golongan yang akan berusaha mencari kemajuan berangsur-angsur menerima bantuan dari pemerintah. Akan tetapi, jika cita-cita yang tak adil dan tidak sah maka kerohanian SI tetap demokratis dan militan. Beberapa aspek perjuangan berkumpul di dalam tubuh SI sehingga ada yang mengatakan bahwa SI adalah gerakan nasionalis, demokratis, dan ekonomis.
Â
SI merupakan organisasi yang memiliki perkembangan yang sangat pesat, bahkan dari tahun 1917-1920 memiliki pengaruh yang begitu besar. Ajaran Karl Marx mulai masuk dikalangan anggota SI. SI dibawah pimpinan Semaun dan Darsono merupakan pelopor yang menggunakan teori Karl Marx dalam melawan penjajahan. Akibatnya timbul perpecahan di dalam tubuh SI. Terutama perdebatan yang terjadi antara Haji Agus Salim dan Abdul Muis dengan Semaun dan Tan Malaka. Pada tahun 1921, golongan kiri yang ada di dalam tubuh SI berhasil disingkirkan. Golongan kiri tersebut kemudian mendirikan Sarekat Rakyat. SI dan SR saling berebut pengaruh. Kondisi SI yang sedemikian rupa membuat H.O.S. Cokroaminoto melakukan studi banding antara ajaran Islam dan ajaran Marxisme. Akhirnya pada tahun 1924 beliau menerbitkan sebuah buku yang berjudul Islam dan Sosialisme.