7. Didampingi oleh Adik-Adik
Berbeda dari poin yang di atas. Kali ini seorang pasien perempuan yang usianya suda cukup berumur. Tampak didorong oleh seorang lelaki yang juga sudah berumur. TIga orang lelaki yang sudah tua pula. Semua mendampingi dengan sigap. Walau para pendamping pasien ini sudah beruban, namun mereka masih tegap dan sigap membantu pasien naik turun dari tempat tidur.Â
Ternyata tiga orang pria ini mengantar kakak mereka. Ya, kakak perempuan satu-satunya. Mengantar kontrol berobat, keluarga yang kompak sekali. Senang melihat keluarga kompak hingga kakak-adik sama-sama mulai beruban.Â
8. Seolah Peduli Namun Tampak Cuek
Seorang pasien terbaring di tempat tidur beroda. Masuk ke ruang periksa di poli rawat jalan. Kedua kaki pasien tampak kaku. Setiap digerakkan terasa sakit. Istri pasien mendampingi pasien.Â
Pasien bicara pada dokter menanyakan apa yang harus ia lakukan untuk perawatan pasien saat dirumah. Tampak sangat perhatian pada pasien, namun saat keluar ruangan sang istri tampak terlalu memerdulikan suaminya.Â
9. Suami Perhatian yang Disabilitas
Aku sempat salah terka. Ketika yang masuk pertama kali adalah seorang pria tua berpeci dan berkacamata. Masuk dengan alat bantu jalan di kedua tangannya. Persis seperti orang yang habis patah kakinya jika habis kecelakaaan. Namun saat ditanya, "Pasiennya Bapak?", "Bukan, istri saya.."
Ya, si bapak mendampingi istrinya yang berobat ke Poli Rawat Jalan. Saat melihat banyaknya pasien yang datang ke poli sendirian untuk kontrol, kali ini aku melihat bahwa disabilitas pada fisik tidak menghalangi kecintaan mendampingi istri berobat.
Tiap orang memiliki cara sendiri dalam mendampingi keluarga yang sakit dan kontrol berobat. Namun kesediaan keluarga menemani sudah bisa diacungi jempol, walau berbagai sikap yang mereka berikan.Â
Ada yang sangat kooperatif, memperhatikan, atau cuek. Yang penting kesediaan anggota keluarga menyempatkan waktunya untuk mengantar pasien sakit ada. Karena tidak sedikit pasien yang kontrol selalu datang sendirian.