Transportasi umum merupakan sarana bagi masyarakat. Tentu tidak semua orang memiliki kendaraan pribadi, atau tidak semua orang yang memiliki kendaraan mau memakai kendaraannya ke tempat kerja. Karena ada yang tempat kerja nya lumayan jauh sehingga lebih efisien waktu menggunakan transportasi umum. Transportasi umum juga menjadi pilihan bagi orang-orang yang ga mau bikin macet. Tidak mau bikin lebih padat kemacetan di jalan raya. Itu sebuah pilihan yang bijak.
Tinggal di Jakarta sejak 2019, kala aku resmi menjadi seorang Aparatur Sipil Negara. Maka kepindahan ku dari tempat aku lahir merupakan suatu keniscayaan. Karena kontrak kerja sudah keluar. Maka aku merantau ke Jakarta. Semasa awal tinggal di Jakarta aku belum terlalu mengenal transportasi umum secara keseluruhan. Masih ada rasa ragu. Takut nyasar. Maka aku mengambil tempat tinggal atau kosan yang berada di dekat kantorku. Hingga menuju kantor aku hanya jalan 5 menit, atau jika tidak ingin jalan kaki, aku tinggal pesan ojek online. Pulang-pergi seperti itu. Kecuali jika berpergian, itupun dengan teman. Karena saat itu aku masih meraba dan belum mengenal transportasi umum di Jakarta.
Transportasi Umum yang aku kenal pertama yakni Angkot. Angkutan kota paling awal ku kenal. Karena di Kota kelahiranku Bandarlampung angkot ini sudah jadi kendaraan sehari-hari kalau pulang sekolah. Dulu ongkosnya masih Rp. 500-Rp.1000 untuk anak sekolahan. Di Bandarlampung angkotan kota yang membedakan arah dan tujuan adalah warna. Jika warna hijau artinya arah Pahoman, jika warna Biru artinya ke daerah Rajabasa, dan warna Merah itu menuju arah Ratulangi. Jika di Jakarta angkot semua warna biru dan yang menjad pembeda arah adalah kode nomor yang ada di angkutan kota itu. Â Namun kebiasaan penumpang ada saja yang masuk ke angkot, membuka jendela lalu merokok. Ini adalah etika yang tak baik, karena di dalam angkutan umum mungkin saja ada orangtua anak-anak, ibu hamil atau bayi yang dipangku ibunya, menjadi penumpang.
Di Jakarta ada Jaklingko.. mirip angkot namun lebih modern. Ada AC, di dalamnya ada CCTV, dan pintunya bisa buka tutup otomatis. Paling menarik adalah hanya modal tap kartu E-money. Harga saat ini masih Rp. 0 saja. Semua penumpang yang naik dilarang merokok dan membuang sampah. Suasana Angkot bersih, dan udara di dalam yang ber-ac terasa sejuk. Perjalanan pun jadi nyaman.Â
Kemudian KRL atau Kereta Rell Listrik. Dengan ongkos yang terjangkau hanya Rp.3000-4000 saja bisa menjangkau tujuan jarak jauh bahkan antar provinsi. Bisa sampai Cibinong, Bogor, bahkan Tangerang yang notebene beda provinsi dari Jakarta. Untuk itulah banyak perantau dari luar daerah yan memilih ambil rumah jauh sedikit tak apa asal dekat dengan Stasiun Kereta  (KRL) ini. Di KRL kita harus maklum walau semua penumpang membeli tiket dengan harga yang sama namun kadang di jam tertentu jam kerja atau jam pulang kerja sangat padat penumpang dan tidak semua penumpang bisa duduk kecuali dengan disabilitas, ibu hamil atau orangtua yang punya kursi pioritas. Etika atau perilaku di KRL atau sama hal nya di LRT yang seharusnya dimiliki sesama penumpang adalah:
1. Menjaga Ketenangan. Jangan berisik (angkat telpon pakai suara kencang atau  mengobrol keras-keras)
2. Jika di jam padat (berangkat atau pulang kerja) dorong-dorongan boleh saja asal jangan sampai mendorong yang disengaja hingga orang yang di depan terhimpit bahkan terjatuh
3. Jika mendekati stasiun tujuan bisa tegur pelan orang yang di depan atau samping supaya bertukar tempat
4. Jika sudah tanya depan belakang tujuan kita sama (turun bareng) yaudah gausa dorong-dorong. Kan turun nya barengan.. nanti juga keluar seiring penumpang lain turun
5. Kalau berdiri tolong sesuaikan. Kan sudah tau sedang ramai dan suasana sangat padat tolong berdirinya disesuaikan (khususnya para lelaki). Pijakan kakinya jangan terlalu luas ya.
6. Menatap gawai saat dalam perjalanan tentu bisa mengisi perjalanan kita tanpa terasa hingga sampai tujuan. Namun suara handphone tolong jangan terlalu keras. Atau boleh dengan headset saja.
7. Meminta taruh barang ke atas tempat barang. Tolong perhatikan orang yang diminta bantuan juga. Kalau bisa pilihlah orang yang kira-kira bisa membantumu. Mungkin yang tampak badannya tinggi dan besar sehingga bisa sampai meletakkan barang kita keatas tempat barang diatas. Tentu jangan berat-berat barangnya sehingga ta terlalu membebani orang lain. Jangan lupa ucapkan terima kasih.
Senang karena peraturan stasiun untuk melarang semua untuk merokok. Hal ini sangat melegakan karena membuat situasi udara area stasiun pun dalam kereta bebas asap rokok.Â
Suatu ketika aku pernah melihat seorang pemuda yang lari tetap menerobos pembatas, kala security bertugas menghalangi penumpang KRL utk nyeberang karena ada kereta yang akan lewat. Pemuda ini berlari sampai diteriaki, bahkan dipeluit aloleh petygas keamanan. Hal ini sangat berbahaya. Tidak hanya mengancam nyawa namun juga beresiko menghalangi petugas bekerja dengan baik. Karena tindakan penumpang yang langsung menerobos tadi bisa saja petugas pun terkena dampak teguran oleh atasannya karena dinilai lalai, padahal penumpang itu yang tak tertib.
Sebagai insan pengguna transportasi umum marilah kita saling menghargai dan menghormati. Menjunjung tinggi etika bertransportasi yang baik. Juga menghargai para petugas di area transportasi umumnya.Â
Nah Kompasianer, bagaimana cerita mu tentang beretika di transportasi umum?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI