Saat kubuka.. ha? Aku terkejut membaca nama penelepon itu di hp ku. 'Kak Wudhu Man'. Tiba-tiba keringat mengalir, tangan bergetar. Ah kenapa jadi tremor begini?
Sekelebat, bak vidio masa lalu, terjadi pemutaran balik adegan masa SMA ku dulu. Saat aku bertemu dari jarak jauh kakak ketua Rohis ini, berwajah teduh terdapat jenggot tipis sekali dibawah dagunya. Pelipisnya selalu basah, tiap sholat wajib maupun sholat dhuha, aku melihatnya keluar-masuk masjid. Aku tak tahu siapa namanya, ada rasa segan jika menanyai hal tentangnya. Kakak berwajah teduh itu.. ku panggil Kak Wudhu Man! Iya, kakak yang selalu terbasuh air wudhu. Ia kemudian lulus saat aku masih kelas 2 SMA..
"Kak Zahra?? Siapa yang menelepon? Ada kejadian apa? Sampai melamun begitu?" tanya Caca cemas.
"Ah gak apa-apa dik. Eh makasih ya Ca udah dibawa kemari Hp nya.."
"Huu berisik banget sih, daritadi nelpon mulu tuuh," ucap Caca agak sebal. Kemudian ia pergi meninggalkan ku berdua dengan Handphone ditangan kananku.
"Ada apa ya, kak Wudhu Man menelepon?" tanya batinku.
Tiba-tiba handphone di tanganku kembali berdering. Aku terkesiap, kaget. Keringat kembali mengucur. Apa yang harus aku katakan? Aku tak tahu nama kak Wudhu Man ini...
Tiba-tiba sebait doa terlantun pelan dari mulutku.. Ya Allah, aku yakin nama kami ada di Lauh Mahfudz-Mu, jika memang iya , jadikan aku wanita yang pantas mendampinginya kelak. Aamiin.
Lalu telpon berdering. Zahra gelagapan mengangkat telpon.
"Hmm A...assalamualaikum Kak Wudhu Man? Eh.. kak.. kak Akhi.. kak.."
"Waalaikumsalam Zahra, namaku Seto. Aku kakak kelasmu dulu, Remaja masjid di SMA. Masih ingat?"