Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Pegawai -

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pantai Ringgung dan Pulau Pasir Timbul

15 Juni 2015   12:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Bandarlampung, 14 Juni 2015

 

            Hari ini harus segera aku tuliskan. Karena akan menjadi kenang-kenangan yang akan sangat jarang terjadi *berlebih*. Yak hari ini ada acara Family Gathering ruanganku, ruangan anak. Bersamaan dengan hari ini ada berbagai acara yang ditawarkan. Namun karena sudah terlanjur bilang akan hadir di acara family gathering ini, hayyuk. Kudu didatangi, jarang-jarang juga ini kejadian.hehe

            Pagi ini walaupun (seperti biasa) sedikit ngaret dari jam perjanjian, pukul 07.00 berangkat dari RSAM. Ternyata baru beberapa orang yang datang, dengan pakaian kami yang sama warnanya, merah. Beberapa kakak yang punya anak, membawa jagoan atau putrinya. Sebagian karena memang masih kecil dan tidak bisa ditinggal, ada juga yang sekalian rekreasi, atau membawa bujang dan gadis untuk diajak refreshing bersama. Disisi lain, ada kami, yang masih gadis. Hahaha, kami ga bawa apa-apa kecuali perlengkapan pribadi, titik.

            Pukul tujuh lewat sedikit, bus ukuran sedang bewarna merah itu sudah parkir di depan RS Mahan Munyai. Setelah persiapan lengkap, penumpang lengkap, kami dibawa bus ber-AC ini menuju pantai yang tak asing di telinga masyarakat Lampung, Pantai Sari Ringgung. Hampir satu jam perjalanan, atau kurang dari sejam yah? Intinya kami sampai dengan selamat, Alhamdulillah. Pantai Sari Ringgung berada di daerah Pesawaran. Dekat Pantai Mutun lebih sebelah sana lagi.

            Karena masih pagi, belum jam 9, maka kami disana membooking pondokan. Satu pondok seharga 50 ribu, pakai 3 pondok. Pantai Sari Ringgung sudah cukup ramai sekarang. Banyak arena bermain anak, beberapa diantaranya adalah prosotan anak yang berada di pantai, ayunan, bahkan waterboom. Selain itu ada pula snorkling, banana boat, bahkan tawaran menaiki kapal menyeberang ke pulau.

            Para Gadis perawat-bidan ruangan anak mulai beraksi.haha tidak lain tidak bukan, dan tebakan kamu benar! Kami mulai cari lokasi dengan view bagus untuk FOTO. Biar terik dan silau, yang penting dapat view bagus dan kenang-kenangan. Hehe. Kegiatan di pantai pun memang tak berstruktur, tidak ada rencana akan dilakukan A atau B, tidak ada acara lomba-lomba dan lain sebagainya. Acara mengalir begitu saja, bagi kakak perawat yang memiliki anak, membawa anaknya, dan anaknya meluncur ke air untuk renang, si ibu pasti menemani. Sedangkan lainnya jika ingin duduk di pondokan, dapat duduk sambil ngemil bawaan yang sudah disiapkan. Kalau kami, naik keataaaas, seperti gunung yang sedang disiapkan untuk jadi salah satu tujuan wisata di Pantai Sari Ringgung. Namanya sih ‘Krakatau View’ entahlah akan jadi apa, yang jelas semakin atas kami mendaki, semakin terik dan semakin indah pemandangannya. Pemandangan atas yang langsung menghadap laut soalnyaa.

            Setelah foto ria. Kami makan siang. Lalu kami berencana mencoba perahu untuk menyeberang pulau. Pulau PASIR TIMBUL tujuan kami.dengan tiket satu kapal untuk 12 orang dengan harga 130 ribu. Lalu biaya tiket masuk pulau sebesar 5ribu perorang. Jadilah 190 ribu untuk bayar sewa kapal dan masuk pulau. Seperti biasa, sensasi menyeberang ke pulau adalah sama nikmatnya, anginnya, wangi airnya. Bedanya adalah sisi kanan atau kiri kita, dengan siapa kita sekarang, itu yang membedakan. Lagipula, dengan orangmana lagi kita berkenalan, itu yang buat beda. Ke pulau pasir timbul, ini bukan kali pertama. Saat masih mahasiswa keperawatan, dan penat berlebihan. Aku pernah kesini, melewati pantai mutun tapi. Bersama teman-teman, bersama anak-anak Pramuka sebuah SMA, beserta para pembinanya, tentu. Tak ada yang tau selain orangtua, teman dekat kuliah juga gak tau, kenapa aku tak bisa dihubungi sama sekali dihari itu. Aku sengaja mengasingkan diri, bergabung sama para anak Pramuka itu. Dan dulu, pasir timbul belum eksis, belum terlalu banyak dikenal. Plang nya pun masih belum kokoh. Saat itu menyewa kapal saja.. dan temanku yang menahkodai perahu, berjam-jam hampir nyasar di tengah laut lepas loh, kami, waktu itu. Sampai buka GPS, nabrak karang, karena bingung dimanaaa pasir timbul itu. akhirnya kami sampai juga. Selamat. Alhamdulillah.

            Itu cerita dulu, waktu itu. kini Pulau Pasir Timbul kian eksis dan di gandrungi wisatawan. Para penyewa kapal pun sudah ramai, tak akan nyasar, karena sudah ada yang menahkodai perahunya. Di pulau pasir timbul banyak anak muda, cabe-cabean? Terong-terongan? Haha apapun yang penting muda-mudi remaja yang gauul berkumpul dan menyebar di gundukan pasir yang timbul. Sambil membawa tongsis dan berfoto ria. Sama, kami juga. Tapi kami bukan cabe-cabean loh ya.hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun