Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerita Natal) Cara Tuhan dan Pikiran Manusia

12 Desember 2018   23:49 Diperbarui: 13 Desember 2018   00:17 3663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok : grobogantoday.com)

Tiba-tiba seorang pemuda berlari kencang ke arah mereka. Sambil tergopoh-gopoh pemuda tersebut berkata: "Pak, rumah bapak terbakar dan tak satupun barang yang dapat diselamatkan. Seisi kampung sudah berusaha untuk memadamkan tetapi kami tak berhasil. Semuanya ludes hangus tak bersisa.

Dengan spontan sang ayah langsung memeluk istri dan kedua anaknya dan mereka berempat menangis dan bersimpuh sampai ke tanah. Dalam kekalutan, sang ayah tetap berusaha untuk tetap tegar dan mengajak istri dan kedua anaknya berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan kepada mereka menghadapi musibah tersebut.

Mereka pun kembali ke kampungnya tanpa membawa hasil apapun dari kebun. Setibanya di kampung, mereka melihat rumahnya sudah tinggal abu yang berubah menjadi debu memilukan. mereka pun terpaksa harus menumpang di rumah saudaranya. Mereka pasrah dalam doa kepada Tuhan, apapun yang terjadi, terjadilah.

Tak berapa lama kemudian, berita musibah kebakaran tersebut segera tersebar ke seluruh kampung disekitarnya. Dan penduduk dari kampung-kampung disekitarnya banyak yang tergerak hatinya untuk menolong.

Mereka mengumpulkan apa saja yang dapat mereka kumpulkan. Ada yang memberikan beras, pakaian bekas, papan, uang dan peralatan-peralatan memasak. Sementara bapak-bapak dan pemuda bergotong-royong. Ada yang mencari kayu dan daun Rumbia di hutan. Dan dalam tempo yang tidak lama, mereka berhasil mendirikan rumah baru untuk keluarga miskin tersebut.

Setelah rumah tersebut benar-benar selesai, mereka berempat memasukinya. Sang ayah memeluk kedua anak dan istrinya lalu menangis dan berdoa: 

"Tuhan, saya hanya meminta makanan secukupnya dan dua pasang baju baru untuk kedua anakku. Tetapi sekarang Engkau memberi lebih dari apa yang kami butuhkan. Sebuah rumah baru, beberapa karung beras dan sejumlah uang dan perabot dapur yang tidak pernah kami pikirkan tetapi itu yang Kau sediakan bagi kami".

Setelah sang ayah selesai berdoa, dia mencium kedua anak dan istrinya lalu berkata: "Cara Tuhan berbeda dengan cara manusia, dan pikiran Tuhan berbeda dengan pikiran manusia. Ketika rumah kita terbakar, semuanya seakan-akan sudah berakhir. Tetapi Tuhan berkendak lain, Dia menyediakan lebih dari yang kita pikirkan"

(RS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun