Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Selamat Hari Anak Nasional, Selamatkan Anak-anak Kita Dari LGBT

24 Juli 2018   18:09 Diperbarui: 24 Juli 2018   19:29 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Photo Ilustrasi : Yahdi Siradj-Telkom University)

Selamat Hari Anak Nasional...!

Lewat tulisan yang dibagikan melalui messenger WhatsApp dengan judul: "LGBT Merangkai Duka", dalam sebuah paragraf, ahli syaraf RSCM: dr. Ani Hasibuan mengingatkan dengan geram: "Hati-hati dengan anak-anak, ajarkan mereka untuk bertindak agresif. Kalau ada (gay) yang coba-coba menggoda, jangan kasih ampun, langsung pukuli beramai-ramai..!

Pernyataan tersebut terkesan emosional dan benar-benar merupakan tindakan melawan hukum karena mengajarkan masyarakat main hakim sendiri. Tetapi kata-kata tersebut mungkin terdorong secara spontan karena pengalaman beliau yang berurusan dengan para (pasien) gay sejak tahun 1997.

Beliau mengatakan bahwa pasiennya tidak pernah absen dan terus ada tiap hari. Pasien terbanyak yang ditangani beliau adalah yang mengidap HIV. "Yang hidup tinggal beberapa, sih. Barusan suster saya lapor, ada lagi yang meninggal 3 hari lalu, karena kriptokokus meningitis (infeksi jamur di otak)", tulis beliau.

"Cerita tentang gay, semua berakhir TRAGIS...! Belum pernah saya dengar yang berakhir seperti di cerita fairytopia... misalnya berakhir kayak Cinderella..., happily ever after... Kisah para gay berakhir dengan tokso, kripto, TB, pnemonia, kandida, dan diujungnya, mati sendirian tanpa didampingi kaumnya...", lanjut beliau.

Lalu bagaimanakah seseorang bisa menjadi gay? Apakah seseorang itu memang terlahir sebagai gay?

Menurut beliau, berdasarkan pengalaman dari anak-anak yang kena goda "para penyuka anus ini" mereka (gay) makin agresif kalau yang digoda diam atau menunjukkan rasa takut. Tetapi langsung berhenti kalau yang digoda langsung main fisik. Karena itulah beliau mengatakan: "Kalau ada (gay) yang coba-coba menggoda, jangan kasih ampun, langsung pukuli beramai-ramai..!

Dari wawancara beliau dengan pasien-pasien gay, mereka ini tadinya semua pernah mengalami anal seks, sebagian besar secara paksa. Setelahnya mereka akan sangat dijaga dan ditemani oleh kelompok gay. Pergaulannya diganti jadi pergaulan gay, dst.

Maka dari itu beliau mengingatkan: "Bila anak bepergian, jangan ijinkan kalau sendirian...! Usahakan beramai-ramai, supaya nyalinya tidak ciut kalau ada gay yang datangg menggoda. Mereka bisa menawarkan apa saja, bisa uang, bisa bujuk rayu, bisa ancaman".

Dari beberapa kasus pasiennya yang paling memprihatinkan adalah tentang dua orang kakak-adik yang sejak kecil dikasih satu kamar dan satu ranjang oleh emak bapaknya. "Pas gede, tau-tau yang kakak kena kripto. Kemudian dicek positif HIV, ditanya pasangannya siapa, dia bilang adiknya. Pas adiknya dicek, positif juga HIV. Kedua-keduanya sudah meninggal, dalam satu ruang rawat yang sama. Ayahnya sampai anak-anak itu dikubur pun tidak pernah mau datang melihat", tulisnya.

Dari tulisan tersebut diharapkan agar orang tua lebih berhati-hati lagi menjaga anak laki-lakinya. "DULU TAKUT MENJAGA ANAK PREMPUAN.., TAPI SEKARANG LEBIH TAKUT LAGI MENJAGA ANAK LAKI-LAKI..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun