Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Antara 600 Jiwa dengan 800 Jiwa

10 Februari 2020   21:08 Diperbarui: 10 Februari 2020   21:16 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hunian sementara yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat terdampak tanah longsor dari Kampung Rancanangka, Desa Cileuksa. Mereka membangun hunian sementara di Kampung Cipugur. Photo: Rinsan Tobing

Jika dicarikan pun kesalahan mereka, maka kesalahan mereka hanyalah karena tinggal di lingkungan yang rawan bencana di perbukitan di Gunung Halimun Salak.

Tidak terdengar menteri yang berbicara tentang kesempatan mereka untuk disediakan pekerjaan. Sunyi suara pembela HAM yang teriak ketika pemerintah seolah abai dengan mereka.

Tidak ada politikus yang berceloteh tentang masa depan mereka setelah terdampak bencana. Tidak ada tokoh-tokoh masyarakat yang berbicara soal kemanusiaan, ketika mereka yang terdampak bencana harus berjuang keras memenuhi kebutuhan mereka.

Apa Keistimewaan Mereka?
Di tengah kesadaran akan berjuang untuk memenuhi kebutuhan mereka, tiba-tiba suara keras meruak langit. Banyak bicara tentang nasib orang-orang nun jauh di sana. Nasib orang-orang yang jumlahnya 600-an.

Mereka teriak lantang tentang kemanusiaan orang-orang yang secara sadar telah menghianati kemanusiaan. Orang-orang yang telah menolak menjadi Indonesia dengan membakar paspornya. Orang-orang yang secara sadar memilih untuk tinggal di negara yang menjanjikan segala hal yang baik menurut mereka.

Tetiba, ada menteri yang bicara soal mempekerjakan mereka. Badan yang berurusan dengan teroris pun tampaknya akan memberikan karpet merah dengan memberikan mereka pekerjaan jika pemerintah memulangkan mereka.

Pejabat yang bertugas mengawasi pemerintah terkait isu HAM pun bicara seperti dewa yang ingin menyelamatkan manusia-manusia yang layak ditolong. Semuanya itu seperti melupakan penghianatan bagi kemanusian yang mereka lakukan, bangsa dan potensi mereka untuk mengacaukan negara ini dan ideologi yang dianut.

Mereka, para pendukung ISIS itu, seperti mendapat panggung di ruang publik negeri ini. Menjadi sesuatu yang penting untuk dibicarakan atas nama, kata mereka itu, kemanusiaan.

Para pendukung pemulangan ini sangat tidak mengerti dengan trauma yang ditimbulkannya. Kerusakan yang terjadi akibat pengeboman yang mereka lakukan sebelumnya masih sangat berbekas.

Ada masyarakat yang terluka di Bali. Ada seorang anak yang menderita di Samarinda. Ada seorang pemuda di Medan yang harus menjadi cacat. Ada keluarga yang harus hancur karena kehancuran-kehancuran yang mereka lakukan.

Ada dua kakak beradik yang harus meninggalkan kedua orangtuanya. Hancur oleh mereka yang mengaku bahwa negara ini adalah negara thogut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun