Semakin banyak tekanan ekonomi yang kita rasakan, setidaknya membuat kita melakukan dua hal. Semakin berhati-hati dalam pengeluaran, atau justru semakin besar gairah mendapatkan cuan dengan banyak cara kreatif.
Kita juga harus memikirkan ulang bagaimana anak-anak bisa mulai lebih dini diajarkan tentang uang dengan cara lebih cerdas. Bukan karena alasan kita pelit atau perhitungan, tapi agar anak-anak memahami cara atau perjuangan mendapatkan uang.
Jadi belajar bisnis sebenarnya tidak harus selalu di sekolah bisnis, atau kursus spesial manajemen keuangan keluarga. Belajar tentang uang bisa dimulai dari meja makan di rumah, ditemani secangkir teh hangat, obrolan santai, dan tawa keluarga. Pokoknya rileks tanpa beban, layaknya sedang bermain.
Dulu kita juga sering memainkan permainan monopoli yang secara tidak langsung juga mengajarkan bagaimana kita mengelola keuangan dalam wujud simulasi. Bagaimana menjaga uang dalam bentuk "modal", mengembangkannya menjadi aset atau bisnis, menabung atau berinvestasi.
Apalagi sekarang ini ketika Pegadaian mendorong Program MengEmaskan Indonesia melalui banyak cara berinvestasi yang cerdas, dan mudah, seperti halnya Pegadaian Tabungan Emas. Ini salah satu jalan mudah yang bisa dijangkau oleh anak-anak sebagai bentuk pembelajaran langsung untuk bisa memiliki "investasi" dalam wujud "tabungan emas".
Sekolah Bisnis dari Rumah
Jadi sekolah bisnis dari rumah sebenarnya bukan sekedar bualan meskipun terdengar biasa saja. Malah sebenarnya disana tersimpan gagasan besar. Rumah bisa menjadi ruang pertama dan utama untuk belajar tentang uang, menabung, membangun usaha, bahkan merencanakan masa depan yang lebih aman. Bagaimanapun dalam situasi dan kondisi ekonomi yang semakin sulit dan menantang, anak-anak harus mulai memahami tentang uang dengan cara lebih cerdas harus lebih dini.
Seorang teman saya yang sejak sekolah dasar membantu orang tuanya berdagang membuka toko kelontong, membantu membangun mindset nya seperti halnya; Mail, bocah dalam serial kartun Ipin dan Upin yang suka bisnis. Kini ia telah memiliki sebuah hotel dan beberapa bisnis lainnya. Jauh meninggalkan teman-teman sebayanya dalam soal kesuksesan. Tempaan pengalaman masa kecilnya sangat membantunya sebagaimana dituturkan langsung olehnya.
Sebenarnya setiap hari anak-anak sudah akrab dengan "pelajaran bisnis" tanpa mereka sadari. Dari saat mendapat uang jajan, belajar menabung di celengan ayam, ikut acara jualan saat acara di sekolah. Pengalaman itu sebenarnya latihan awal untuk memahami dunia ekonomi. Berikutnya tinggal kita lanjutkan saja, sebagai orangtua adalah mengubah pengalaman sehari-hari itu menjadi bahan diskusi hangat yang membuka wawasan, tanpa harus membuatnya pusing dan ribet.
Apa saja sih yang mungkin bisa kita jadikan mata pelajaran di rumah ketika "rumah jadi sekolah bisnis".
Pertama;Â Memahami Uang. Anak-anak harus mulai diajarkan bukan sekedar bisa menghabiskan uang pemberian kita dari jajan jatah harian, mingguan atau bulanan. Saya memberikan jajan mingguan untuk mengajarkan anak agar bisa mengelola uangnya selama seminggu. Anak akan belajar untuk mengatur, berhati-hati saat berbelanja untuk jajan.
Jadi ia tidak sebatas hanya tahu soal uang kertas dan uang digital saja. Kalau dulu ada uang koin yang masih sangat berarti nilainya, jauh dari masa sekarang.
Bahkan saat berbelanja mingguan ke pasar atau mall, tidak ada salahnya melibatkan anak ketika memilih barang belanjaan untuk rumah atau saat membayarnya  dengan tujuan agar ia juga ikut menghitung kembali besar pengeluaran atau uang kembalian. Dari situ, anak belajar bahwa uang terbatas, dan keputusan harus dibuat dengan cerdas, mana yang kebutuhan, mana yang keinginan.
Uang bukan sekedar bisa keluar dari mesin ATM dengan password, tapi kita bisa menjelaskan bahwa uang datang dari kerja, bukan hadiah jatuh dari langit. Ada keringat, usaha, dan waktu yang ditukar. Meskipun anak-anak sekarang jauh lebih cerdas dan tahu, tidak ada salahnya menjelaskan soal itu. Tujuannya tentu dengan kesadaran itu, mereka akan lebih menghargai nilainya.