Ada yang bilang, saat fase awal Pacaran/Cohabiting, pilihan model terpisah atau sebagian sering lebih realistis untuk menjaga otonomi. Tapi saat mulai menuju pernikahan dan memiliki anak, pilihan model gabung penuh atau sebagian lebih efisien, terutama untuk kebutuhan keluarga jangka panjang. Namun intinya butuh komunikasi terbuka, kesepahaman proporsi kontribusi, untuk menyesuaikan kebutuhan dan tujuan bersama. Dengan begitu, pasangan tidak hanya mengelola keuangan, tetapi juga memperkuat koneksi emosional dan rasa saling memiliki. Tapi benarkah hal itu sudah ideal, atau bagaimana sebaiknya?.
Barangkali memang benar jika ada yang mengatakan ketika dulu menikah kita terlalu disibukkan dengan urusan acara, sampai tidak terpikirkan untuk membahas masalah ini. Bisa jadi karena waktu itu romansanya memang beda.Â
Banyak orang bahkan tidak kepikiran soal ini, karena bagaimanapun ketika memilih pasangan, kita berpikir bahwa hal itu akan menjadi perjalanan panjang cinta hingga akhir. Tapi ketika benturan, hingga perpecahan terjadi, Â barulah persoalan uang diungkit karena menjadi ganjalan.
"Uang suami itu uang istri, tapi uang istri? Ya, tetap uang istri." Kalimat celetukan ini lebih seing kita dengar sebagai lelucon ringan yang satir, dari ajang arisan hingga cuitan di media sosial. Sekilas terdengar lucu dan menghibur, tapi sebenarnya, di balik guyonan tersebut, tersembunyi pertanyaan besar dan serius, Â bagaimana sebenarnya pasangan suami istri sebaiknya mengelola keuangan rumah tangga secara sehat dan adil?
Bukan Soal Siapa yang Gaji Lebih BesarÂ
Pernikahan bukan hanya tentang menyatukan dua hati, tetapi juga dua sistem keuangan. Sayangnya, banyak pasangan muda yang begitu antusias merancang pesta pernikahan, mempersiapkan resepsi secara detail namun lupa membahas konsep keuangan rumah tangga, namun abai dalam membahas salah satu fondasi paling penting dalam kehidupan berumah tangga, pengelolaan keuangan bersama. Akibatnya, tak sedikit yang akhirnya terjebak dalam konflik laten, salah paham, atau bahkan krisis kepercayaan hanya karena uang.
Padahal, dalam praktiknya, banyak persoalan rumah tangga yang berakar dari masalah finansial. Urusan uang bukan soal "siapa yang memberi lebih banyak" tapi bagaimana mengelola dan membagi peran secara sadar dan sehat.Sebagian muncul karena ketidakterbukaan, sebagian lain karena ketidakseimbangan peran. Masalah bukan semata soal siapa yang menghasilkan lebih besar, melainkan bagaimana pendapatan yang ada dikelola, dibagi, dan dipertanggungjawabkan bersama. Intinya bahwa keuangan bukan soal cinta saja
Model Terpisah Penuh; Jika kita cermati setidaknya ada tiga model pengelolaan keuangan yang bisa diterapkan pasangan. Bagi yang konservatif, mungkin akan memilih Model Terpisah Penuh. Jadi, masing-masing pasangan tetap mengelola penghasilannya sendiri, hanya saja mereka berbagi tanggung jawab rumah tangga berdasarkan kesepakatan.
Siapa yang bertanggungjawab pada rumah dan siapa yang berperan lebih besar untuk urusan lain yang lebih besar, termasuk soal pendidikan dan lainnya. Â Pasangan menjaga penghasilan masing-masing, punya rekening sendiri, dan membagi tanggung jawab sesuai kesepakatan tanpa dana bersama.
Menurut survei longitudinal di Australia, model ini lazim di kalangan pasangan muda atau mereka yang lebih mementingkan otonomi dan fleksibilitas. Kecenderungan ini terkait tingkat ketidakpastian hubungan, riwayat keuangan, dan kurangnya kepercayaan awal
Meskipun memberi kemandirian, namun pasangan dengan model ini berpotensi menghadapi lebih banyak konflik finansial jika tidak dibarengi komunikasi terbuka, terutama saat terjadi perubahan jenjang kehidupan, kehadiran anak, terbangunnya rumah. Perubahan itu berdampak besar terhadap urusan uang.
Model Hybrid; Jika pasangan yang masih berpikir moderat, mungkin akan mengambil jalan tengah; Model Gabung Sebagian atau Hybrid. Pendapatan digabung sebagian untuk kebutuhan keluarga, sementara masing-masing memiliki dana pribadi terpisah. Jadi ada porsi tanggungjawab dana bersama untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi masing-masing tetap memiliki ruang untuk dana pribadi. Tidak sepenuhnya bergantung pada salah satu pasangan.
Model ini biasanya dipilih oleh pasangan yang ingin menyeimbangkan solidaritas keluarga dan otonomi individu. Kombinasi ini paling banyak dipakai karena menurut survei global menunjukkan sekitar 83% pasangan melakukan pooling, 11% partial pooling, dan hanya 6% benar-benar terpisah
Gaya hybrid ini memungkinkan kestabilan bersama dan keleluasaan pribadi, dengan risiko rendah selama proporsi kontribusi disepakati.