Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

"Anak Nakal" Dikirim Ke Barak Militer, Pendidikan Berbasis Agama Bukan Pilihan?

13 Mei 2025   22:27 Diperbarui: 21 Mei 2025   22:44 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
siswa berlajar di barak-deti.com

Orangtua Adalah "Sekolah Pertama"

Ungkapan lama yang masih sangat relevan: "Rumah adalah sekolah pertama, dan orang tua adalah guru utama." Sekeras apa pun disiplin di sekolah atau barak pelatihan, jika anak tidak mendapatkan role model yang sesuai di rumah, maka proses pendidikan akan menjadi tambal sulam.

Dalam kasus-kasus yang saya amati, kerap kali anak-anak yang "bermasalah" datang dari rumah yang tidak memberikan contoh atau ruang diskusi yang sehat. Ketika anak diminta jujur, namun orangtua sendiri sering menyembunyikan kebenaran. Ketika anak diminta bertanggung jawab, namun orangtua sering menyalahkan pihak lain. Maka wajar jika anak bingung.

belajar di barak-investor daily
belajar di barak-investor daily

Pendidikan Karakter atau Trauma, Sekolah atau Barak Salah?

Tidak juga. Sekolah berasrama atau lembaga berdisiplin tinggi seperti memiliki tempat dan fungsinya sendiri. Mereka baik sebagai tempat untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian, disiplin, dan tanggung jawab dalam konteks komunitas. Namun tempat-tempat itu bukan solusi utama, apalagi untuk membentuk karakter anak.

Bahkan, jika tidak dibarengi dengan pendekatan yang humanis dan reflektif, model pelatihan keras justru bisa membuat anak hanya taat karena takut, bukan karena sadar. Ketika tekanan hilang, maka perilaku baik pun ikut menghilang.

Apa yang perlu kita jadikan kajian adalah lantas apa solusi yang paling krusial?.

Sebagai pendidik, saya melihat bahwa solusi paling krusial bukan terletak pada memilih lembaga mana yang paling "keras" atau "efektif". Solusi yang paling dapat diterima dan berdampak adalah membangun kolaborasi antara rumah dan sekolah.

Bagaimanapun kita masih membutuhkan sinergi yang lebih baik dengan para orang tua secara berkala. Tidak hanya saat ada masalah, tapi sebagai bentuk pencegahan. Banyak orang tua yang sebenarnya memiliki niat baik, tapi kurang bekal pengetahuan soal perkembangan anak dan pendekatan yang tepat.

anak tidur di barak-tempo.co
anak tidur di barak-tempo.co

Begitu perlunya komunikasi yang harus berjalan dua arah. Sekolah bukan tempat "menitipkan" anak, melainkan mitra mendidik. Orang tua pun perlu mendengarkan masukan dari guru dengan kepala dingin, bukan dengan sikap defensif.

Jika di sekolah anak diajarkan disiplin, maka di rumah juga harus ada struktur yang jelas. Jika sekolah menanamkan nilai tanggung jawab, maka orangtua pun harus memberi kepercayaan dan ruang bagi anak untuk mengambil keputusan.

Pendidikan karakter sejatinya adalah proses pembentukan nilai. Maka baik sekolah maupun keluarga harus mengedepankan penanaman nilai-nilai universal seperti kejujuran, empati, dan tanggung jawab---bukan hanya kepatuhan semata.

Proses pendidikan anak perlu dievaluasi bersama, tidak hanya berdasarkan nilai rapor akademik, tapi juga perilaku dan perkembangan karakter. Evaluasi ini harus melibatkan anak, guru, dan orangtua sebagai satu tim.

Memilih Alternatif Pendidikan Karakter Berbasis Agama?

Bagaimana jika ada yang berpandangan pendidikan alternatif berbasis agama akan lebih menarik--karena berorientasi "dunia" dan "akhirat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun