Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bermedsos Juga Harus Bijak, Belajar dari Kisah "The Tinder Swindler!"

16 Maret 2025   11:43 Diperbarui: 23 Maret 2025   11:14 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dampak negatif media sosial. (freepik.com via kompas.com)

Distance learning atau pembelajaran jarak jauh, sebenarnya sudah banyak digunakan di luar negeri sejak lama. Namun di Indonesia masih jauh dari realisasi, termasuk dalam rencana pendidikan kita jangka panjang. 

Sistem itu baru terealisasi secara "mendadak" karena pandemi, dengan berbagai penyesuaian yang cukup rumit dan memberi banyak efek kejut.

Ketika pada awal pelaksanaan belajar daring, kita merasakan kejutan berteknologi, karena perubahannya yang begitu cepat, tanpa sosialisasi yang matang sebelumnya. Bahkan kurikulum yang kita gunakan ketika itu juga Kurikulum Darurat.

Tapi, setidaknya hal itu menjadi pengalaman pembelajaran yang sangat penting bagi dunia pendidikan kita. Kita menemukan banyak titik lemah, namun secara perlahan kita mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehadiran teknologi dalam ruang belajar kita.

Namun dampak yang timbul kemudian juga harus kita waspadai. Ketika sistem pembelajaran daring membuat peserta didik menjadi begitu akrab dengan teknologi, padahal secara etika dan mental kita sebenarnya masih sangat lemah. Teknologi bisa menguasai kita tanpa kita sadari menjadi sebuah ketergantungan.

Meskipun penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyediakan layanan pendidikan, memiliki potensi yang menjanjikan untuk meningkatkan hasil pembelajaran. 

Banyak keuntungannya, seperti kurikulum yang lebih digital, fleksibel dan bisa menjangkau lebih banyak peserta didik. Bahkan budaya digital memberikan dampak yang baik bagi banyak kalangan dengan semakin mudahnya akses informasi dan kecanggihan teknologi yang mempermudah aktivitas.

Dalam situasi dan kondisi seperti inilah, semakin pentingnya meningkatkan digital culture.  Tentu saja untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan, memperluas jangkauan,menciptakan inovasi dan kreativitas, fleksibilitas, memperluas jaringan.

Namun perlu diperhatikan dampak negatifnya, jika transformasi digital yang dijalankan melalui percepatan penambahan infrastruktur digital, tidak diimbangi dengan penyiapan sumber daya manusia yang bertalenta digital. Kita membutuhkan sumber daya yang lebih siap mengaksesnya.

bahaya berdigitalisasi-sumber gambar kompas lifestyle
bahaya berdigitalisasi-sumber gambar kompas lifestyle

4 Pilar Penting Digital Culture

Pembelajaran di era revolusi industri 4.0, diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan literasi didukung digital culture. Literasi  merupakan kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan teknologi dalam memecahkan masalah, memahami cara kerja teknologi dan memanfaatkannya untuk pembelajaran.

Digital culture sendiri, adalah konsep yang menggambarkan gagasan bahwa teknologi dan internet membentuk cara kita berinteraksi, berperilaku, berpikir dan berkomunikasi dengan pola baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun