Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tak Sukses Dalam Hidup, Apakah Kita Sedang Melakukan Produktivitas Palsu?

13 Mei 2024   23:25 Diperbarui: 16 Mei 2024   00:04 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pusing dan stres bekerja keras | sumber gambar unsplash

Menata ulang produktivitas dengan berusaha fokus pada rencana hidup

Sebenarnya membedakan produktivitas palsu dari produktivitas yang riil, tidaklah sulit, namun membutuhkan peninjauan ulang untuk memastikan bahwa kerja-kerja (termasuk untuk menghidupi keluarga kita) yang sedang kita lakukan telah sesuai rencana.

Artinya bahwa banyak orang yang bekerja tanpa perencanaan, atau sudah memiliki rencana namun tidak fokus pada substansi hasilnya, sehingga justru mengerjakan pekerjaan lain yang melenceng dari tujuan semula, atau masih dalam satu tujuan, namun memutar terlalu jauh.

Saya teringat dengan sebuah ide brilian tentang "amplop tabungan". Jika kita fokus menabung secara teratur kedalam 100 amplop, berdasarkan angka urutan dari 1-100, maka setidaknya akan terkumpul uang kurang lebih Rp 5 jutaan. Apa yang menarik dari ide itu adalah, bagaimana mengatur kedisiplinan, keteraturan dan fokus pada sebuah tujuan.

Nah, begitu juga dalam kehidupan kita, semestinya dan sejatinya memang harus menata ulang prioritas pekerjaan atau tugas kita, dan  juga harus fokus pada rencana. Seperti saat kita membuat resolusi di awal tahun sebagai rencana pemandu agar tujuan dalam setahun bisa tercapai melalui tahapan-tahapan.

Melakukan breakdown rencana besar agar lebih realistis

Belajar dari pengalaman membuat resolusi, sebenarnya sebuah "rencana besar" harus di breakdown kedalam rencana-rencana detail yang lebih kecil untuk kebutuhan bulanan atau mingguan, bahkan harian agar terlihat realistis untuk dijalankan setiap tahapannya, tanpa merasa terbebani dengan tujuan akhir yang berat.

Bayangkan, kita harus membersihkan seluruh bagian rumah saat lebaran, waktunya terbatas. Jika membayangkan akan memulai darimana, bisa-bisa tak akan selesai karena kita merasa pekerjaannya terlalu banyak. 


Tapi jika sasarannya agar rumah bersih saat lebaran, dengan membuat rencana kerja bertahap, dan fokus ruang per ruang, meskipun satu ruangan akan memakan waktu lebih lama, namun hasilnya akan terlihat langsung. 

Dan mungkin di ruang lain, tingkat pekerjaannya tak sebanyak ruang yang sudah kita selesaikan. Sehingga kita merasa ada pekerjaan yang telah selesai. 

Begitu juga saat mencapai target membangun rumah, dengan segala keterbatasan. Mungkin dengan ide sederhana "amplop tabungan" bisa menjadi solusi memulai sebuah gagasan besar sebuah keluarga--intinya dengan kedisiplinan dan fokus, disertai kerja keras.

Memahami 3 komponen '"produktivitas sebagai pengukur capaian

Menurut Mohammed Faris, penulis buku "Muslim Produktif", produktivitas terdiri dari tiga unsur yaitu fokus, energi, dan waktu. Kehilangan salah satu unsur membuat suatu pekerjaan tidak bertujuan, malah timbul lelah dan terbebani saat menyelesaikan tugasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun