Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seragam dan Sepotong Cerita Film Children Of Heaven

30 April 2024   16:42 Diperbarui: 5 Mei 2024   15:35 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepotong adegan dalam film children of heaven (1997) sumber gambar mubi.com

Sebuah video yang mirip kisah film Children Of Heaven pernah viral. Jam belajar siswa kelas 3 SDN 3 Wameo, Baubau, Sulteng baru saja usai, Riski (9) langsung bergegas ke halaman sekolah. Di sana, kakaknya Nadia (11) sudah menunggu untuk menggunakan sepatu adiknya sebelum masuk kelas. 

Siswi kelas 4 SDN 3 Wameo itu langsung duduk, sementara adiknya memakaikan sepatu kepada kakaknya. Lalu, Nadia pun menuju kelas untuk memulai pelajaran. 

Begitulah catatan narasi di video viral tersebut. Mengharukan, karena mereka masih bisa tersenyum dalam kondisi sulit tersebut. Dan itu hanya gambaran kecil dari potret besar dunia pendidikan dan nasib siswa dengan lata belakang ekonomi yang tak semuanya sama.

bergantian sepatu kakak dan adik karena belitan
bergantian sepatu kakak dan adik karena belitan "ekonomi" sumber gambar okezone.com

Jadi ketika isu seragam diganti, itu bukan masalah sepele. Tak sedikit keluarga dengan anak-anaknya yang bersekolah mengeluh dan terbebani karena himpitan ekonomi. Beban usai pandemi saja belum kelar, harus ditambahi dengan rencana pemerintah mengganti seragam.

Meskipun hanya berwujud wacana, namun isu telah terlanjur menyebar liar, sehingga muncul banyak kekuatiran. Beruntung isunya segara diklarifikasi oleh Plh Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Ristek, Anang Ristanto bahwa pergantian seragam setelah lebaran itu tidak benar.

Dan acuan tentang aturan soal kebijakan sekolah, masih sesuai dengan Peraturan Mendikbud Ristek Nomor 50 Tahun 2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Lungsuran atau warisan baju seragam adalah fenomena yang tidak sederhana, Mengapa?. Hal itu secara tidak langsung berkaitan dengan pertimbangan ekonomi para orang tua yang anaknya membutuhkan seragam baru. 

Keberadaan seragam bekas setidaknya membantu menghemat pengeluaran yang sebenarnya tidak diperlukan jika tidak mendesak.

Setidaknya para orang tua yang punya anak, dalam jenjang sekolah yang tak berjauhan, tak begitu pusing memikirkan harus beli baju sekolah untuk anaknya yang baru masuk sekolah. Jika kakaknya tamat, maka baju lama bisa "diwariskan"pada adiknya. 

Nah jika seragam diganti, maka kebiasaan mewariskan pakaian dari kakak atau abang yang naik kelas untuk adiknya tak bisa dilakukan lagi. Itu artinya para orang tua harus memikirkan dana ekstra hanya khusus untuk membeli seragam baru saat anaknya masuk sekolah atau naik kelas dan baju lamanya mungkin tak lagi sesuai dengan ukuran tubuhnya yang telah berubah.

Belajar dari pengalaman pemerintah Jepang, para siswa disana sejak dulu memiliki seragam yang tak pernah berubah.  Di Jepang, seragam sekolah Jepang dirancang khusus, berdasarkan seragam angkatan laut bergaya Eropa.

Anak-anak berseragam sekolah tanpa perbedaan status sosial sumber gambar liputan6.com
Anak-anak berseragam sekolah tanpa perbedaan status sosial sumber gambar liputan6.com

Pertama kali digunakan di Jepang pada akhir abad ke-19, menggantikan Kimono. Idenya dicetuskan oleh Elizabeth Lee, kepala sekolah Fukuoka Jo Gakuin. Sekarang, seragam sekolah tersebut umum dipakai di berbagai sekolah negeri dan sekolah swasta di Jepang. Kata Jepang untuk jenis seragam ini adalah seifuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun