Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Memang Bukan Penyakit Mental, tapi Nervous Breakdown di Sekolah Jangan Dianggap Enteng!

22 Maret 2024   23:10 Diperbarui: 27 Maret 2024   00:05 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi baby blues syndrome sumber gambar halodoc.com

Dan seperti kasus para caleg gagal paska pemilu, sebagian dari mereka juga mengalami Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD), seperti, sering mimpi buruk, menghindari tempat atau situasi yang memicu ingatan buruk, menyalahkan diri sendiri, dan bertindak ceroboh di luar nalar.

Mereka juga berkecenderungan bersikap labil, sulit mengendalikan emosi, halu, dan paranoid hingga gangguan sulit tidur.

Pada intinya ketika seseorang mengalami mental breakdown atau kondisi stress berat yang membuatnya tak konsentrasi dan beraktifitas secara normal. 

Untuk mencari solusinya, penting untuk mengidentifikasi dan mencari bantuan profesional yang bisa memahami apa yang menyebabkan atau berkontribusi pada perasan mental breakdown-nya.

Beberapa peristiwa besar dalam hidup kita, sering menjadi akar masalah penyebab seseorang mengalami kejadian traumatis yang berujung pada mental breakdown. 

Termasuk beberapa sebab lainnya, seperti ; Konflik di tempat kerja, kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, atau orang yang dicintai, Pekerjaan menyebabkan stres dan tekanan tinggi, Memiliki riwayat keluarga yang mengalami kondisi gangguan mental, Mengalami penyakit kronis , Mengalami peristiwa traumatis, Tidak pernah mendapatkan dukungan dari lingkungan, Trauma dan Stres terus-menerus.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi mental breakdown yang bisa saja kita alami atau dalam kasus di sekolah dialami oleh siswa karena tekanan ekonomi, keluarga, lingkungan pertemanan, bullying.

Mengubah gaya hidup, mengurangi jadwal kerja yang overload dengan mengaturnya lebih rileks, menjaga asupan makanan sehat, menjalankan pola hidup sehat dengan menyempatkan berolahraga, dan istirahat yang cukup.

Atau dengan terapi perilaku kognifit atau cognitive beharvioral theraphy (CBT) yang biasanya direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan kondisi kesehata mental lainnya. 

Terapi perilaku kognitif melibatkan identifikasi pola pikir yang bermasalah dan mempelajari ketrampilan untuk mengatasi gejala yang berulang.

Dan jika sakitnya masih tetap berlanjut, konsultasikan dengan dokter.

Seperti dilansir dari WebMD, adanya sindrom kelelahan bisa disebabkan karena pekerjaan, dan memicu terjadinya mental breakdown.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun